Apakah Pemerintah Ingat Dengan Sumpahnya? Ataukah Rakyat Jauh Dari Solusi Pejabat?

Deni Andrea (Founder Bengkulu Dynamic).

Terdengar memang tidak lebih indah dari melihat matahari terbenam. Seseorang memulai harinya dengan semangat lagu yang didengarkannya. Bagaikan waktu cepat berputar, pemerintah seakan berjalan di atas kerikil tajam dan panas.

Oleh : Deni Andrea (Founder Bengkulu Dynamic)

Masyarakat menjadi bagian dasar dari efek kebijakan tersebut. Tangis dimana-mana terjadi. Teriak mahasiswa dimana-mana. Ini terjadi ketika seorang pimpinan membuat sesuatu yang luar biasa untuk masa depan anak bangsa, tapi hari ini tidak bisa ditawar oleh apapun protes yang datang.

Dimana ramalan dimana-mana terjadi untuk seketika nanti Indonesia Raya kedepannya. Kebijakan emang salah satu faktor penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Namun Kemajuan sebuah bangsa tersebut dihiasi oleh keindahan cakaran, darah dan air mata ?. Sedikit arogan bukan berarti semua hal yang kita inginkan adalah semata-mata ialah langsung kebahagian tanpa ada proses, justru inilah salah satu proses berpikir yang mana setiap pilihan berkesan tanpa ada pengorbanan.

Adakala semenjak perang dingin antara manusia satu dengan manusia lainnya karena kebutuhannya tidak terpenuhi, adakala seseorang anak kecil menangis demi dapat sesuap nasi dari orang tuanya dapat menjadikan sebuah pelajaran pemerintah ?, adakala sesuatu yang dikejar-kejar oleh keluarga yang jauh dari pelosok yakni uang, dapat menjadi hal yang vital karena sesuatu yang lebih berharga dari dirinya. Saya rasa ini adalah sesuatu yang fana, tangis rakyat dimana-mana, kedepannya adalah hal yang menakutkan bagi masyarakat. Sebab tiada hal yang tidak mampu bagi pemerintah untuk masyarakat, justru jadi pertanyaan yang mendasar bagi anak-anak muda sekarang. Dimana letak nurani Pemerintah saat rakyat menjerit untuk memberikan mutu yang baik bagi kesehatan, pendidikan, bahkan lebih ekstrimnya adalah bagaimana untuk menyambung kehidupan dia sendiri besok, ngasih makan anak-anak saja kekurangan, jangankan untuk mereka sendiri.

Meminjam kalimat yang pernah diucapkan oleh Adam Smith, Daya kerja tahunan setiap bangsa adalah dana yang mula-mula memasoknya dengan semua kebutuhan dan kenyamanan hidup yang dikonsumsi setiap tahunnya, dan yang selalu terdiri dari produksi itu dari bangsa lain. Maka dari itu, karena apa yang diproduksi ini, atau apa yang dibeli dengan itu, menanggung proporsi yang lebih besar atau lebih kecil dari jumlah orang-orang yang akan mengonsumsinya, suatu bangsa menyandang sebab yang akan menjadikannya lebih baik atau lebih buruk dalam memenuhi semua kebutuhan dan kenyamanannya.

Dengan hal ini apabila ketimpangan yang terjadi ialah suatu penyebab dari satu api pemantik dari penentu kebijakan, maka haruslah sejak dini kita memikirkan bagaimana nasib bangsa kedepannya.

Biasanya rakyat terlahir dari hal-hal yang bukan keinginannya, sejak inilah banyak pengorbanan yang semestinya hal baik bukanlah salah satu pengorbanannya. Dimana dia harus memilih pilihan yang bukan harus dipilihnya. Belajar atau mencari uang, bermain atau berdiaman diri dirumah, melacur atau tidak makan, dll. Sedikit ekstrim, namun sering kita temui dimanapun. Bergejolak pikiran sampai kapan selesai permasalahan yang tak kunjung selesai ini. Setidaknya bagi yang nyaman dengan ini, dijalankan dengan keikhlasan dan rasa syukur terhadap apa yang dilakukannya dan yang tidak nyaman menggrutuk dihati.

Ketimpangan yang terjadi bukanlah fenomena yang tabu bagi masyarakat, tapi seharusnya bukan hal yang baru bagi pemerintah. Di sisi lain masyarakat punya kecenderungan protes untuk ketimpangan, tapi protes ini dijadikan salah satu alat tukar menukar bagi eksitensi atau pencitraan sekelompok kaum elit. Popularitas menjadi hal nomor satu yang dikejar, tapi masalah bagi yang protes tidak kunjung selesai dan tidak dapat solusi yang bermutu untuk masyarakat.

Ditengah wabah menggaungkan nilai-nilai kesejahteraan, pendidikan yang layak, kesehatan yang baik, serta makanan yang bermutu bagi masyarakat, tidak banyak yang mencerna dan memahami hal ini adalah suatu hak yang harus terpenuhi oleh bangsa yang ingin maju. Pada kenyataannya, dikit demi sedikit pikiran rakyat menjadi buruk akan pemerintah sendiri. Setidaknya peran pemerintah yang dirasa oleh rakyat seharusnya ada, ada emang, tapi peran yang menampung masalah yang tak kunjung terselesaikan. Misal, jangankan mau meningkatkan indeks tingkat pendidikan, diperkotaan saja masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah, apalagi di desa yang jauh dari janji pejabat.

Saat kita berbicara hal yang layak, maka kita akan menemui dalam pikiran kita adalah hal yang bermutu. Memang tidak seindah ketika jatuh cinta, beasiswa untuk anak sekolah pun menjadi penyambung hidup bagi keluarganya, emang sedikit tidak masuk akal, tapi hal ini adalah yang tabu untuk dikemukakan baginya. Sayangnya, tidak seindah bagi rakyat yang kaya, berkecukupan, dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya apa aja. Berbondong-bondong di media sosial tampak kepedulian bagi pemerintah akan rakyatnya.

Namun hal itu, jika kita lihat dengan total jumlah rakyat yang ada ialah kurang lebih dua ratus delapan puluh juta jiwa ini, dengan beberapa rakyat yang telah terbantu, mungkin lima, sepuluh, lima belas, dua puluh, dan bahkan tidak sampe satu juta yang viral terbantu, apa itu yang dikatakan pembohongan publik ?. Pengagitasian masa emang sering terjadi tanpa disadari oleh rakyat, demi tercapainya kepentingan kesejahteraan yang bisa dikatakan itu formalitas belaka saja untuk mempengaruhi bahwa pemerintah telah membantu rakyatnya.

Bisakah kita selalu dijalan yang membawa bangsa ini tanpa adanya propaganda yang tak terbaca bagi rakyat kota atau rakyat desa ?. Sekarang kita lihat bahwa kondisi dimana-mana bersuara yang benar untuk rakyat kecil, tulus dan emang niat membantu demi tercapainya kesejahteraan bagi rakyat kecil hanyalah slogan belaka. Mari kita telusuri hal-hal yang mendasar bagi pemerintah saat ini, peran dan kewajibannya, bahkan hal yang paling layak untuk pemerintah adalah kerja keras tanpa henti dijalan kebenaran. Setidaknya ada hal kecil yang dapat menjadikan kesan baik nanti setelah menjabat dan habis periode jabatan, hal inilah menjadi konsumsi pikiran rakyat sejak dahulu dan mempengaruhi lebih dalam dari apa yang sebenarnya terjadi, banyak masalah dan konflik-konflik kecil yang mengundang kehancuran dimasa yang akan datang.

Dalam tulisan ini saya rasa hal yang wajib dipahami adalah tulisan ini diperuntukkan bagi pembaca yang memaknai hal-hal baik didalam tulisan ini, bukan sebuah rahasia lagi ketimpangan terjadi dimana-mana. Sebuah proses penyadaran tidak bakal terjadi jika kita memandang dengan ego, dendam, serta kebencian. Semua memang haruslah kembali kepada kebenaran, tidak nyata bagi seseorang yang mengandalkan semuanya dengan keburukkan, rakyat hanya butuh solusi dari segala yang ada, bukan popularitas pejabat, namun kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keharusan, terutama dari tingkat RT, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional.