Bullying, Potret Buruk Sistem Pendidikan

ilustrasi

Oleh: Nisa Andini Putri (Mahasiswi Bengkulu)

Bengkulutoday.com - Dalam kehidupan sehari-hari, candaan anak anak yang masih sekolah adalah hal yang lumrah.Bullying bisa dimulai dengan candaan. Namun perlu digarisbawahi, candaan yang terjadi terus menerus, berulang, hingga akhirnya menyakiti seseorang, itu namanya jadi bullying.

Seperti yanag dilakukan para pelajar di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatra Utara, tega menganiaya seorang nenek. Aksi penganiayaan ini viral di media sosial.

Total ada 6 pelajar yang diamankan polisi terkait kasus ini. Saat diperiksa polisi, mereka mengaku iseng saat menendang nenek tua itu. Diberitakan dalam media kumparan, “Jadi untuk sementara ini, (alasan menganiaya) tidak sengaja atau iseng-iseng. Para pelajar ini (mengaku) tidak ada niat untuk melukai dan lain sebagainya,” ujar Kapolres Tapsel, AKBP Imam Zamroni, Minggu (20/11/2022).

Kasus pembullying lainnya juga terjadi pada siswa kelas II SDN Jenggolo Kepanjen, Malang berinisial MW (7) masih dirawat intensif. Hal itu setelah dirinya menjadi korban bullying yang diduga dilakukan kakak kelasnya.

Ayah korban, Edi Subandi, mengaku kondisi anaknya memang berangsur-angsur membaik. Tapi, temuan baru disampaikan pihak dokter dari hasil CT scan yang baru keluar Kamis malam kemarin yang tergolong mengejutkannya dan istri. “Ada pembengkakan di otak dan pendarahan hampir menyeluruh, analisanya dokter seperti itu,” ucap Edi Subandi ditemui MPI di RSI Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jumat (25/11/2022).

Sikap bulying terhadap nenek-nenek, atau terhadap teman-temannya menunjukkan buruknya perilaku pelajar tersebut. Sopan santun yang menjadi ciri khas adat ketimuran sudah tidak nampak lagi dalam diri pelajar. Sikap menghormati kepada yang lebih tua dan kasih sayang diantara manusia kini semakin luntur.

Dunia pendidikan yang semestinya erat kaitannya dengan intelektualitas dan kreatifitas, kini berubah menjadi sarang tumbuhnya bibit-bibit kriminal dan amoral. Tentu sangat disayangkan.

Inilah potret buram bobroknya sistem pendidikan yang berlandaskan sekuler kapitalisme. Yang mana dalam sistem tersebut memisahkan agama dalam kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Sehingga orientasi pendidikan bukan lagi untuk mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang ang Maha Esa. Tetapi berorientasi pada penguasaan ilmu sains dan teknologi. Kurikulum yang digunakan pun membuat para pelajar jauh dari nilai-nilai agama. Sehingga output yang dihasilkan oleh sekolah hanya manusia yang mahir sains dan teknologi, tetapi minim keimanan dan ketakwaan. Maka tidak heran, akan banyak kita temui kasus pembulian, tawuran dan lain sebagainya yang dilakukan oleh para pelajaran.

Tampaknya, hal ini menjadi PR semua pihak, baik pihak sekolah, siswa, orang tua, maupun pemerintah yang menaungi bidang pendidikan.

Peran orang tua sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya amat penting agar anak tidak terjerumus kepada pergaulan bebas dan kerusakan moral. Penanaman akidah dan ilmu agama sedari dini, amat dibutuhkan untuk membentuk karakter generasi yang baik. Namun pada faktanya, di alam sekularisme ini banyak orang tua yang melupakan peran strategis mereka untuk mendidik sang buah hati. Sehingga tak jarang pelaku bullying merupakan anak yang lahir dari keluarga broken home.

Peran masyarakat untuk menjaga perilaku remaja pun amat penting. Karena perilaku remaja ditentukan pula oleh faktor lingkungan. Harus ada tindakan pengawasan dan pencegahan perilaku buruk di tengah-tengah masyarakat. Harus terbentuk sikap saling menasihati dalam kebaikan di dalamnya. Tetapi, lagi-lagi di alam sekularisme ini, masyarakat semakin individualis. Tidak peduli terhadap sesama. Maka dengan tidak adanya pencegahan dan pengawasan dari masyarakat, turut andil dalam pembentukan karakter generasi yang rusak.

Peran negara, tentu ini yang paling penting. Karena negara memiliki tanggung jawab yang besar bagi masa depan generasi bangsa. Negara harus mampu menjaga dan melindungi remaja dari kerusakan moral. Negara adalah pemegang kebijakan dan pemilik wewenang untuk menerapkan dan mengawasi jalannya aturan di semua aspek kehidupan termasuk di bidang media. Sadar maupun tidak, media turut mengambil peran dalam membentuk karakter generasi muda itu sendiri, bahkan dampak yang di timbulkan secara tidak langsung memberikan kontribusi yang besar terhadap tingkah laku orang yang menggunakannya.

Sungguh berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang menjadikan akidah sebagai landasan dan mampu menghasilkan siswa berkepribadian mulia. Dalam sistem pendidikan Islam, landasan kurikulum yang digunakan adalah akidah Islam. Maka ,dalam seluruh pembelajaran akan dikaitkan dengan akidah Islam.

Pembelajaran dilakukan dengan metode talaqi (bertemunya guru dengan murid secara langsung). Baik talaqi lafdzi maupun talaqi fikriyyan (pemikiran). Sehingga, ilmu yang diajarkan oleh guru langsung menancap dalam jiwa.

Sistem pendidikan Islam memiliki tujuan pendidikan, yakni satu-satunya petunjuk arah agar sistem pendidikan berjalan sesuai dengan ridho Allah SWT. Secara umum, ada dua tujuan pokok sistem pendidikan Islam. Antara lain:

Pertama, membangun kepribadian islami, yakni pola pikir (aqliyah) dan jiwa (nafsiah) bagi anak-anak umat. Keharusan ini karena akidah Islam adalah asas kehidupan setiap Muslim sehingga harus dijadikan asas berpikir dan berkecenderungan.

Islam mengajarkan setiap orang untuk senang dalam menuntut ilmu. Senang dalam melakukan proses berpikir. Sebab itulah yang diajarkan oleh Rasul.

Maka, strategi pendidikan harus dirancang untuk mewujudkan identitas keislaman yang kuat, baik aspek pola pikir maupun pola sikap. Metodenya adalah dengan penanaman tsaqafah Islam, berupa akidah, pemikiran, dan perilaku Islam ke dalam akal dan jiwa anak didik. Dengan demikian, kurikulum pendidikan negara (Khilafah) harus disusun dan dilaksanakan untuk merealisasikan tujuan tersebut.

Kedua, mempersiapkan anak-anak kaum Muslim agar di antara mereka menjadi para ulama yang ahli di setiap aspek kehidupan, baik ilmu-ilmu keislaman (ijtihad, fikih, atau peradilan), maupun berbagai bidang sains (teknik, kimia, fisika, atau kedokteran).

Di pundak para ilmuwan, pakar, dan ahli kelak, ada kesanggupan untuk membawa negara dan umat Islam menempati posisi puncak di antara bangsa-bangsa dan negara-negara lain di dunia. Dengan demikian, negara akan menjadi pemimpin dan berpengaruh kuat dengan Islam. Martabat dan fungsi pertama ini selaras dengan satu dari dua tujuan pokok umum pendidikan yang wajib diraih sistem pendidikan Khilafah.

Ukuran bermutu tidaknya pendidikan adalah sejauh mana sistem pendidikan Khilafah diterapkan dan sejauh mana aspek administrasi yang bersifat mubah efektif mengantarkan pada tujuannya. Ini karena sistem pendidikan Khilafah adalah sekumpulan syariat dan peraturan administrasi (yang bersifat mubah, termasuk teknologi terkini yang berkaitan dengan pendidikan formal) sehingga layak untuk segera mencapai tujuan pokoknya, yakni membangun kepribadian Islam peserta didik.

Seperangkat pembinaan, pengaturan, dan pengawasan di seluruh aspek pendidikan akan benar-benar terlaksana oleh para guru yang kompeten, juga pemantauan prestasi anak didik dan upaya peningkatannya.

Jika sudah demikian proses pendidikan yang diupayakan, maka biidznillah akan lahir generasi-generasi Qur’ani, generasi terbaik, yang fokus pada kebaikan dan melahirkan banyak karya. Tentu sudah jelas tidak akan berani berbuat bullying yang jelas itu adalah perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah. Sebab, para pelajar akan berupaya berbuat dengan sesuatu yang Allah ridho. Wallahu a’lam.