10 Penyu Mati, PLTU Bantah Jadi Penyebab

Penyu mati

Bengkulutoday.com - Data dari LSM Kanopi Bengkulu menyebutkan, ada 10 biota laut yang dilindungi yakni penyu mati dalam kurun waktu dua bulan ini. Terbaru pada Kamis (5/12/2019) warga kembali menemukan 1 ekor penyu mati. Sebelumnya, pada Rabu (4/12/2019), BKSDA juga menemukan 4 penyu mati disekitar kawasan PLTU Teluk Sepang.

Olan Sahayu, juru Kampanye Energi Bersih, Kanopi Bengkulu pada 10 November 2019 ditemukan dua ekor penyu dan ratusan ikan mati. Ada pula ikan yang mati di lokasi yang sama, mulai dari lida-lida, sarden, cumi-cumi, dan belanak. Ikan tersebut ditemukan sekitar 30 meter dari saluran pembuangan limbah air bahang PLTU, Teluk Sepang.

Pada 18 November 2019 kembali ditemukan penyu dan ikan mati di Pantai Teluk Sepang, tidak jauh dari area pembuangan limbah air bahang PLTU batu bara. Dari keterangan nelayan asal Kelurahan Teluk Sepang, kejadian penyu mati dalam jumlah banyak dan waktu yang berdekatan belum pernah terjadi. 

"Nelayan yang kami temui di sekitar Pantai Teluk Sepang, Aprianto asal Kelurahan Betungan mengatakan belum pernah terjadi penyu mati hingga empat ekor dalam waktu dua pekan," tambah Olan. 

Penemuan biota laut mati masih terus berlanjut. Pada 20 November 2019, sejumlah warga mengumpulkan ratusan ikan mati dan terdampar di tepi Pantai Teluk Sepang, berjarak 50 hingga 100 meter dari mulut saluran limbah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara Teluk Sepang.

Hingga kini, belum diketahui penyebab pasti kematian penyu dan ikan ini. Meski rombongan tim DLHK Provinsi Bengkulu sudah turun ke lapangan dan mengukur suhu dan pH air limbah bahang, namun tidak ada jawaban pasti penyebab kematian biota laut ini.

Klarifikasi PLTU

Sementara itu, Health, Safety, and Environment (HSE) Engineer PT Tenaga Listrik Bengkulu, Zulhelmi Burhan menyatakan, kematian sejumlah penyu dan ikan tersebut bukan akibat aktivitas PLTU. Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian laboratorium yang telah dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu pada 21 November 2019 menunjukkan bahwa outlet air di saluran pembuangan masih memenuhi baku mutu air dengan parameter ph 8,32, suhu air 35 derajat, dan Dhl 13,5 ms. Selain itu, lanjut Zulhelmi, pihaknya juga rutin melakukan uji air bahang di saluran pembuangan. Terbukti tidak ada senyawa kimia berbahaya yang dibuang di saluran pembuangan air bahang. "Saluran pembuangan air tidak mengandung zat berbahaya dan mematikan. Kalau mematikan, tidak mungkin ikan-ikan kecil hidup di area pembuangan air bahang," kata Zulhelmi.

Ia mengatakan, pihaknya tidak bisa berkomentar lebih banyak terkait matinya sejumlah penyu dan ikan di area PLTU. Pihaknya masih menunggu hasil laboratorium yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu. Meski begitu, ia meyakini bahwa kematian penyu dan ikan tersebut bukan akibat dari aktivitas operasi PLTU. "Untuk saat ini kita tunggu saja hasil lab dari BKSDA Provinsi Bengkulu, tapi kami yakin itu bukan disebabkan oleh PLTU," tutupnya.