Bengkulutoday.com - Tiga sahabat dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda, kini menyatukan visi dalam satu ruang belajar bernama Nara Pelajar.
Didirikan oleh Desy, Okta, dan Maya seorang rekan mereka yang kini berdomisili di Bogor, bimbel ini hadir membawa pendekatan baru dalam dunia pendidikan nonformal di Bengkulu: bukan hanya mengasah logika, tapi juga memperkuat nilai-nilai keagamaan.
Yang menarik, dua dari pendiri Nara Pelajar—Desy dan Okta—masih aktif mengajar secara offline dan freelance di salah satu lembaga pendidikan ternama, Ruangguru. Bahkan Desy sendiri telah mengabdi selama tiga tahun di lembaga tersebut. Namun keduanya kini memilih untuk mulai merintis jalan mandiri dengan membuka bimbingan belajar yang mereka harapkan bisa tumbuh besar dan menjadi wadah ideal sesuai impian mereka.
“Dari dulu kami punya keinginan bikin bimbel sendiri. Tempat belajar yang bisa kami bentuk dari hati, sesuai gaya dan prinsip kami dalam mendidik,” ujar Desy saat diwawancarai.
Nama Nara Pelajar” bukan hanya sekadar singkatan atau akronim. Kata “Nara” dipilih karena maknanya yang dekat dengan “nalar”, yakni daya pikir yang menjadi dasar dari proses belajar yang sejati. Filosofi ini tercermin dalam metode pengajaran mereka yang mengutamakan pemahaman konsep, bukan sekadar mengejar nilai ujian.
Namun tidak hanya itu, *Nara Pelajar juga menyisipkan nilai-nilai keagamaan* dalam kurikulumnya. Beberapa kelas yang ditawarkan mencakup materi seperti *Bahasa Arab*, *tahsin*, hingga *pemahaman dasar-dasar keislaman*, menjadikannya sebagai bimbel yang tidak hanya fokus pada akademik umum, tetapi juga penguatan karakter dan spiritualitas siswa.
“Kami ingin anak-anak tidak hanya pintar secara logika, tapi juga punya akhlak dan nilai spiritual yang kuat. Itulah kenapa kami selipkan kelas keagamaan juga,” tambah Okta.
Meskipun baru berdiri, Nara Pelajar sudah mendapat tempat di hati sejumlah orang tua dan siswa di Bengkulu. Pendekatan personal, metode belajar yang menyenangkan, serta lingkungan yang suportif menjadi daya tarik tersendiri dari bimbel ini. Mereka tidak membatasi siswa untuk hanya belajar soal ujian semata, tapi juga mendorong tumbuhnya rasa ingin tahu dan keberanian untuk bertanya.
Desy sendiri mengaku, meski masih aktif di Ruangguru, ia berharap suatu hari nanti bisa *sepenuhnya fokus di Nara Pelajar*.
“Kalau bisa tumbuh besar, saya ingin sepenuhnya di sini, di tempat yang kami bangun dari nol. Bisa resign dari pekerjaan lama dan benar-benar mengabdi di lembaga yang kami bentuk sendiri,” ujarnya penuh harap.
Kolaborasi lintas kota yang mereka bangun dengan satu pendiri yang berada di Bogor juga membuktikan bahwa visi bersama bisa menjembatani jarak geografis. Masing-masing dari mereka berperan aktif, baik dalam operasional, pengembangan kurikulum, hingga strategi promosi.
Dengan semangat membangun pendidikan dari daerah, Nara Pelajar menjadi wujud nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil dan keberanian meninggalkan zona nyaman. (Kurnia)