DLHK : Penyu Mati Bukan Karena Limbah PLTU Batu Bara

Zainubi (batik orange) melakukan konferensi pers DLHK atas cek laboratorium mengatakan hasil tersebut tidak menunjukan indikasi limbah termakan oleh penyu

Bengkulutoday.com - Fenomena kematian beberapa biota laut di wilayah pesisir Pantai Bengkulu dibantah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. Menurut penelitian limbah yang dikeluarkan dari pembuangan PLTU Batubara Bengkulu 2x100 MW saat ini masih berada di bawah aturan kualitas air limbah baku mutu yakni ph; 8,31, suhu air; 35°C, Dhl ; 13,5 ms.

Zainubi DLHK, selaku Kepala Bidang Pencemaran Lingkungan mewakili Dinas LHK mengungkapkan demikian, hasil laboratorium dibenarkan tidak menyalahi ketetapan.

"Hasil lab/cek lapangan pada outlet air bahan masih memenuhi baku mutu dengan parameter ph ; 8,32, suhu air  : 35 ℃ Dhl : 13,5 ms," katanya melalui keterangan konferensi pers.

"Soal penyu atau bukti tidak ditemukan di lapangan," tambahnya lagi.

Menurut DLHK, stigma yang selama ini dilaporkan masyarakat terkesan mencari kesalahan dan tidak dibuktikan dengan data yang valid.

Data Lapangan

Penyu
Penyu yang ditemukan mati di kawasan pantai Bengkulu

Menilik data yang beredar di berbagai media sosial yang saat ini tengah ramai diperbincangkan menekan bahwa sebab kematian penyu dan biota laut lainnya adalah limbah PLTU batu bara Bengkulu 2x100 MW. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutan membantah bahwa data tersebut cacat atau kurang sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Rabu (20/11/2019) pihak DLHK turun kelapangan dan mengambil sampel air bahang yang tertampung di pembuangan limbah dan mericek di mana masyarakat melaporkan lokasi kematian penyu. Hasilnya, Kamis (21/11/2019) DLHK melaporkan bahwa hal tersebut nihil.

Berikut data laporan yang kami rangkum beberapa dari website mongabay;

  • Penyu mati di pantai Bengkulu bertambah. Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Bengkulu menunjukkan ada empat bangkai ditemukan. Namun, Namun warga Kelurahan Teluk Sepang mengatakan ada lima ekor mati.
  • BKSDA Bengkulu telah melakukan nekropsi dua penyu. Hasilnya pada masing-masing penyu ditemukan sampah plastik di lambungnya.
  • BKSDA Bengkulu tak menepis dugaan matinya penyu di Teluk Sepang dikarenakan limbah. Namun, butuh penelitian khusus dari LIPI atau tim kedokteran hewan.
  • Data Dinas Lingkungan Hidup [DLH] Kota Bengkulu, menunjukkan saat ini Kota Bengkulu memproduksi sampah sekitar 312 ton per hari.

Hasil bedah

BKSDA Bengkulu bekerja sama dengan Universitas Bengkulu [UNIB] pun melakukan nekropsi [pembedahan] pada dua dari empat bangkai penyu itu. Pembedahan pertama pada penyu sisik yang mati di Pantai Panjang pada Rabu [6/11/2019].

Hasilnya menunjukkan, tidak ditemukan luka pada kerapas dan bagian lainnya. Tapi di lambungnya, tidak hanya ditemukan bekas makanan berupa kepiting, cangkang kerang, alga, ada juga berbagai plastik ukuran besar dan kecil. Sementara dalam usus ada jaring-jaring karung dan busa puntung rokok.

Hasil nekropsi kedua yaitu penyu sisik yang mati di Pantai Teluk Sepang, Ahad [10/11/2019, menunjukkan penyu betina ini berumur 20 tahun. Dilihat dari fisik, panjangnya 78 cm dan lebar kerapas 59 cm, dorsal [pungung] sampai bawah berwarna putih. Sisiknya sudah mengelupas karena membusuk.

Dari bedah menunjukkan, di lambung tidak ada indikasi makanan yang tidak alamiah. Namun di usus, ada rubber [karet] ukuran 2×1,5 cm, dan 1,5×1 cm, serta seng 1,5×1 cm. (Bisri)

Smpah