Kedaulatan Pangan Bengkulu di Hari Kemerdekaan

Moh Fatichuddin ASN BPS Provinsi Bengkulu

Oleh: Moh Fatichuddin ASN BPS Provinsi Bengkulu

Bengkulutoday.com - Selasa 17 Agustus 2021 seluruh nusantara memperingati kemerdekaan yang ke 76. Detik-detik kemerdekaan dengan sahdu diperingati ditengah perjuangan melawan ganasnya Covid-19, harapan merdeka dari covid-19 menjadi bagian doa. Selain itu berharap pula kemerdekaan yang dinikmati sekarang ini hendaknya sudah menyeluruh dalam semua sisi kehidupan, seperti pangan.

Pangan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, apalagi di era Covid- 19 saat ini. Peran pangan dalam peningkatan imun tubuh guna melawan Covid-19 tidak terbantahkan. Sangatlah wajar jika pangan pun menjadi “argument” tesendiri saat masyarakat harus keluar rumah. Covid-19 mencatat komoditas pangan menjadi penting dan sangat strategis.

Undang-undang nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan menimbang bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualita untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai maknan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangn, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Terpenuhinya kebutuhan pangan mengantarkan pada terwujudnya ketahanan pangan. Pentingnya system ketahanan pangan (food secutiry system) dalam menunjang kedaulatan suatu negara tidak diragukan lagi. Tanpa kecukupan pangan, suatu negara tidak mungkin menjadi beradab dan bermartabat.

Bank Dunia mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses terhadap kecukupan pangan bagi semua orang pada setiap saat untuk memperoleh tubuh yang sehat dan kehidupan yang aktif. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, menuliskan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tanga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Ketahanan pangan berdimensi sangat luas dan melibatkan banyak sector pembangunan. Keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat ditentukan tidak hanya oleh performa salah satau sector saja tetapi juga oelh sector lain. Sinergi antar sector, sinergi pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha merupakan kunci keberhasilan pembangunan ketahanan pangan.

Lahan pertanian sebagai faktor utama keberhasilan pembangunan food security system perlu mendapat perhatian agar keberlanjutannya di masa depan dapat terjaga. Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian menjadi suatu keniscayaan seiring dengan proses penambahan penduduk. Lahan sawah yang diandalkan sebagai penghasil bahan pangan utama cenderung menurun luasannya. Konversi lahan sawah merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan karena dampaknya bersifat permanen, lahan sawah yang telah terkonversi ke penggunaan lain diluar pertanian sangat kecil peluangnya untuk berubah kembaliu menjadi lahan sawah. Penambahan areq sawah baru tidak akan serta merta menaikan produksi, diperlukan waktu yang lama untuk membanguan persawahan
dengan tingkat produktivitas yang tinggi.

PP nomor 68 Tahun 2002 sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 Tahun 1996, pada pasal 2 menyebutkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan system produksi pangan berbasis pada sumber daya, kelembagaan dan budaya local. Mengembangkan efisiensi system usaha pangan, mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembagkan sarana dan prasarana produksi pangan dan mempertahankan serta mengembangkan lahan produktif.

Ketahanan pangan Bengkulu Sensus Penduduk 2020 BPS mencatat jumlah penduduk Provinsi Bengkulu adalah 2.010.670 jiwa, jika diasumsikan konsumsi beras per kapita per tahunnya 98,48 kg per kapita maka kebutuhan beras di Bengkulu pada Tahun 2020 adalah sekitar 198 ribu ton beras.
Sedangkan produksi beras di Tahun 2020 berdasarkan pengamatan KSA sebesar 167,79 ribu ton beras. Artinya di Tahun 2020 Provinsi Bengkulu mengalami defisit atau harus mendatangkan beras sekitar 30,22 ribu ton beras.

Untuk tahun 2021 angka produksi beras masih bersifat potensi produksi bulan Januari-April, dimana produksi beras Januari-April (SR1) 2021 di prediksi mengalami kenaikan 49,47 persen jika dibandingkan angka produksi beras pada periode yang sama di Tahun 2020. Dari 53,32 ribu ton beras pada bulan Januari-April 2020 menjadi 79,70 ribu ton di Januari-April 2021. Kenaikan produksi beras di SR1 tahun 2021 kemungkinan karena adanya pergeseran tanam pada akhir tahun 2020 atau awal 2021, sehingga terjadi panen di periode SR1 2021 tersebut.

Berbicara ketahanan pangan maka akan berbicara sector pertanian, yang merupakan sector andalan bagi perekonomian Bengkulu. Berdasar angka BPS, pada triwulan II 2021 sektor pertanian Bengkulu tumbuh 3,74 persen di saat ekonomi Bengkulu secara total tumbuh 6,29 persen (y o y). Angka pertumbuhan ini cukup tinggi setelah mengalami kontraksi di triwulan I Tahun 2021 sebesar minus 0,15 persen.

Namun demikian tingginya pertumbuhan sector pertanian di triwulan II Tahun 2021 tidak mampu mengangkat angka Nilai Tukar Pertanian (NTP) Tanaman Pangan yang merupakan salah satu indicator kesejahteraan petani tanaman pangan. Pada bulan Juni 2021. NTP tanaman pangan masih berada di bawah angka 100 persen yaitu 95,19 persen. Kemudian di bulan Juli 2021 naik 1,6 persen menjadi 96,78 persen. Angka-angka tersebut mengindikasikan bahwa kenaikan harga yang dibayarkan oleh petani dalam pemenuhan kebutuhan dan bertaninya masih lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga yang diterima.

Selanjutnya indicator lain yang mungkin mencerminkan ketahanan pangan adalah tingkat kemiskinan. Dengan garis kemiskinan Rp 548.934 per kapita per bulan, pada bulan Maret 2021 angka kemiskinan Provinsi Bengkulu mencapai 15,22 persen lebih rendah jika dibandingkan kondisi bulan September 2020 yaitu 15,30 peren namun lebih tinggi bila dibandingkan Maret 2020 sebesar 15,03 persen.

Pada bulan Maret 2021 tersebut BPS mencatat bahwa komoditi beras masih menjadi komoditi yang memiliki peranan terbesar dalam membentuk kemiskinan baik di daerah perdesaan maupun perkotaan yaitu sebesar 24,84 persen di perdesaan dan 21,10 persen di perkotaan. Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh Dengan semangat mewujudkan Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh, seyogyanya kondisi ketahanan pangan Bengkulu mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah.

Perlu sinergitas dari pemerintah dan masyarakat dalam perwujudan ketahanan pangan yang Tangguh. Kondisi ketahanan pangan yang Tangguh akan menyebabkan tumbuhnya kedaulatan pangan. Semoga semangat juang yang dimiliki pahlawan kemerdekaan juga tertanam dalam diri masyarakat saat ini. Semangat juang tercermin dalam tangguhnya menghadapi Covid-19 dan petani dalam menghasilkan pangan guna mewujudkan pangan yang berdaulat.