Ramadan: Melatih Pendidikan Karakter

Ibrahim Guntur Nuary, M.Pd.

Oleh : Ibrahim Guntur Nuary, M.Pd.

Bengkulutoday.com - Bulan puasa atau Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dengan segala macam manfaat yang ada didalamnya. Tidak hanya meraih berkah Ramadhan saja, ada banyak sekali pembelajaran yang dapat diperoleh dari bulan suci ini. Kata puasa saja sebenarnya adalah pembelajaran kepada manusia khususnya umat muslim untuk menahan terlebih dahulu keinginan untuk makan dan minum sampai dengan batas waktu yang ditentukan yaitu adzan maghrib. Dari menahan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, maka umat muslim harus mampu dan harus bisa melaksanakannya selama satu bulan penuh. Walaupun memang masih ada orang yang belum bisa patuh dengan berbagai alasan, kiranya perlu dilatih lagi agar mampu.

Berbicara mengenai bulan puasa, bulan ini erat kaitannya dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dimaknai sebagai kegiatan yang mendidik kepada seorang individu yang bertujuan untuk membentuk dan membangun karakter menjadi lebih baik, melalui pendidikan karakter seseorang dapat dilihat karakternya baik atau tidaknya. Pada dasarnya pendidikan karakter lebih kepada membangun mental seseorang dan membangun kebiasaan baik yang terus dilakukan hingga akhir hayat. Tidak boleh ditinggalkan dengan alasan apapun, inilah beratnya jika melatih hingga membentuk karakter yang baik melalui pendidikan karakter. Semua orang mesti merujuk pada pendidikan karakter, karena karakter yang baik akan membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari.

Kaitannya dengan bulan puasa, selain puasa itu sendiri, ada beberapa kegiatan yang tanpa disadari adalah pendidikan karakter atau melatih pendidikan karakter itu sendiri. Ada dua kegiatan utama yang melatih pendidikan karakter yaitu berburu ta’jil dan bangun sahur. Dari dua kegiatan ini dapat dilihat bahwa pendidikan karakter masuk didalamnya. Maka dari itu, penulis mencoba memaparkan serta menguraikan lebih dalam mengenai ta’jil dan bangun sahur, agar dua kegiatan ini dilakukan dengan penuh kesadaran bahwasanya ada nilai dari pendidikan karakter itu sendiri, yang nantinya dapat dipahami dan diajarkan kepada orang banyak.
Berburu Ta’jil.

Ta’jil dalam bahasa Arab dimaknai sebagai mempercepat, yang dalam arti luas adalah mempercepat membuka puasa. Jika adzan maghrib sudah berkumandang harus segera mempercepat membuka puasa, karena banyak manfaatnya ketika harus mempercepat buka puasa. Tidak boleh dan tidak dianjurkan untuk berlama-lama buka puasa. Hampir semua ulama sepakat untuk mempercepat buka puasa, walaupun hanya sekedar minum dan makan cemilan. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena memang harus disegerakan. Akan ada banyak sekali makanan mulai dari masjid hingga orang dengan inisiatif tinggi untuk membagikan ta’jil, hal ini dilakukan untuk berbagi dan mendapatkan pahala puasa.

Berburu ta’jil di waktu berbuka bukan menjadi kegiatan tidak yang aneh bahkan terbilang unik dan mesti dilakukan. Hampir di setiap sudut gang rumah hingga makanan cepat saji berusaha menyediakan ta’jil untuk berbuka. Nah, disini ada pergeseran makna dari ta’jil yang artinya mempercepat berbuka puasa menjadi ta’jil dalam arti cemilan untuk berbuka puasa. Terlepas dari pergeseran makna itu, yang terpenting adalah tidak melewati garis yang sudah menjadi ketentuan agama. Tidak menyesatkan dalam pergeseran makna itu. Karena bangsa ini terkadang memang senang bermain dengan kata atau menciptakan kata baru untuk kepentingan komunikasi yang baik.

Kembali kepada berburu ta’jil, berburu ta’jil mesti mempunyai keberanian dan juga kesabaran yang pekat. Ilmu sabar harus dikedepankan karena banyak sekali orang yang berjualan ta’jil laku keras, sehingga banyak orang yang tidak kebagian. Ta’jil sendiri banyak jenisnya, karena berbuka harus dengan yang manis, maka banyak ta’jil yang manis dan ada juga yang asin. Ta’jil tersebut diantaranya adalah kolak pisang, kolak kolang kaling, bubur kacang hijau, es kelapa muda, es buah dan agar-agar. Untuk ta’jil versi asin yaitu gorengan dengan berbagai macamnya, martabak telur, dan yang terbaru adalah sempol ayam yang masuk dalam jajaran ta’jil.    

Berburu ta’jil sendiri terselip dan hinggap pendidikan karakter yang mungkin secara tidak sadar mulai dilatih. Yang seperti dibahas pada paragraf diatas, ada pendidikan karakter yang bernama kesabaran. Karena biasanya jika seorang penjual yang sudah laris manis menjual dagangannya, akan berbanding lurus dengan pembeli yang banyak berdatangan, terlebih di bulan puasa. Maka antrian bisa dipastikan mengular panjang, apalagi jika datang mepet mendekati adzan maghrib, antara kehabisan atau dapat antrian paling ujung. Dalam mengantri ada ilmu sabar yang harus diterapkan, tidak boleh menyelak antrian orang lain, itu tidak sopan. Ketika ilmu sabar sudah diterapkan dalam berburu ta’jil, maka dapat dipastikan pendidikan karakter orang tersebut dapat dikatakan baik. 
Bangun Sahur.

Di dalam bulan puasa, ada kebiasaan untuk bangun sahur. Sahur sendiri diartikan sebagai makan malam yang di mulai dari tengah malam hingga menjelang subuh. Untuk lauk pauk di waktu sahur tidak ditentukan, apapun lauknya sah-sah saja. Tapi hindari makanan pedas karena berbahaya di pagi hari bagi yang tidak kuat makan pedas, akan terjadi sembelit hingga menyebabkan magh nantinya. Jadi usahakan makan makanan yang sehat saja. Makan sahur tidak perlu banyak- banyak, sedikit saja cukup asal perut terisi oleh makanan. Dan sahur sangat dianjurkan untuk dilakukan, agar lambung tidak perih ketika menjalani bulan puasa.

Mungkin sebagian orang ketika bangun sahur selera makannya tidak begitu bagus, yang menyebabkan makan sahur menjadi sedikit. Hal ini tentu tidak menjadi masalah, karena yang sudah dijelaskan diatas bahwasanya yang terpenting ada aktivitas makan di waktu sahur. Bahkan tidak makan nasi pun tidak masalah, asal digantikan dengan pengganti yang sejenis, misalnya roti atau gandum, ini malah lebih baik. Jika bisa, tidak menggantikan nasi dengan mie instan atau mie sejenisnya, karena mie menurut sebagian orang menyebabkan haus ketika bangun pagi, benar atau tidaknya bisa dibuktikan sendiri. Penulis sendiri tidak pernah menjadikan mie untuk makanan di waktu sahur.

Terlepas dari pembahasan diatas, sebenarnya waktu sahur mengajarkan kedisipilinan, praktis setiap orang bangun di jam sesuai keinginan masing-masing. Ada yang mulai sahur di jam tiga pagi ada juga yang sahur mendekati waktu imsak. Yang memang dianjurkan adalah mendekati waktu imsak agar tidak jauh dengan waktu subuh yang sudah harus puasa. Tapi hal ini sekali lagi kembali ke diri masing-masing, karena yang terpenting adalah melakukan sahur. Dengan konsisten untuk bangun sahur di jam yang sudah ditentukan maka hal ini akan melatih kedisplinan, terlebih dilakukan kurang lebih selama satu bulan. Hal ini akan melatih pendidikan karakter dalam bentuk disiplin. Disiplin memang menjadi makanan sehari-hari, sarana melatihnya salah satunya melalui bangun sahur.
Bulan Revolusi Karakter.

Di penghujung artikel ini, penulis mencoba merangkum dari pembahasan diatas ihwal pendidikan karakter di bulan puasa. Tujuan dari pendidikan karakter di bulan puasa akhirnya merubah seseorang menjadi orang yang lebih baik. Hingga revolusi terjadi di dalam diri masing-masing, revolusi ini bernama revolusi karakter. Karena dengan adanya revolusi karakter yang sudah dibangun di bulan puasa ini dapat dilanjutkan di bulan selanjutnya agar tetap bertahan dan juga utuh. Jika sudah demikian, maka pendidikan karakter dapat dikatakan berhasil. Semoga dari berburu ta’jil dan bangun sahur bisa merevolusi karakter pada diri sendiri, yang manfaatnya akan terasa untuk orang lain pada akhirnya. Penilaian karakter memang tidak valid apabila yang menilai diri sendiri, perlu ada penilaian orang lain dengan indikator-indikator tertentu, agar penilaian dapat dikatakan valid.

Penulis adalah Kolumnis Media Nasional dan Pegiat Komunitas NUN (Niat Untuk Nulis).