Terjadi Deflasi di Kota Bengkulu, Dibulan Agustus, Apa Maksudnya?

Febrianto Nainggolan

Bengkulutoday.com - Pada tanggal 1 September 2022 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mengumumkan bahwa Kota Bengkulu mengalami deflasi sebesar 0,24 persen selama bulan Agustus 2022. Apa itu deflasi?  Menurut BPS, deflasi adalah kecenderungan penurunan harga barang dan jasa secara umum atau kebalikan dari inflasi yang merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa. Sama seperti inflasi, penentuan kondisi deflasi dilakukan melalui pengamatan terhadap pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dihitung oleh BPS melalui hasil Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan di 90 kota inflasi. Kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Atau secara sederhana, kondisi deflasi diartikan sebagai kondisi ketika harga barang dan jasa secara umum menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat. 

Kondisi deflasi yang dialami Kota Bengkulu pada bulan Agustus merupakan deflasi yang kedua kali terjadi di tahun 2022 setelah sebelumnya terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 0,10 persen. Dikutip dari Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Provinsi Bengkulu, deflasi sebesar 0,24 persen yang terjadi di Kota Bengkulu pada bulan Agustus diakibatkan penurunan harga yang cukup besar pada beberapa kelompok pengeluaran barang dan jasa yang dilakukan oleh masyarakat.

Masih dikutip melalui BRS Provinsi Bengkulu, deflasi terbesar di Kota Bengkulu secara berurutan terjadi pada kelompok pengeluaran rekreasi, olahraga, dan budaya (1,12 persen); makanan, minuman, dan tembakau (0,83 persen); dan transportasi (0,27 persen).

Sementara, kelompok pengeluaran yang memberikan andil deflasi terbesar yaitu kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi sebesar 0,23 persen; diikuti kelompok pengeluaran transportasi sebesar 0,05 persen; dan kelompok pengeluaran rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02 persen.
Penyebab utama deflasi yang terjadi di Kota Bengkulu pada bulan ini yaitu penurunan tarif angkutan udara, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, minyak goreng, ikan tuna, tarif bioskop, cabai rawit, ikan dencis, dan ikan nila. 

Kondisi deflasi akan menguntungkan bagi masyarakat dikarenakan terjangkaunya harga-harga komoditas barang dan jasa yang beredar, penguatan nilai uang, dan masyarakat akan cenderung lebih berhemat dalam berbelanja karena harga barang dan jasa menjadi lebih murah. Tetapi, pada jangka panjang deflasi juga dapat memberikan dampak negatif seperti penurunan pendapatan bisnis (terutama produsen komoditas barang dan jasa yang mengalami deflasi atau penurunan harga). Penurunan pendapatan ini akan berdampak beruntun pada terjadinya PHK besar-besaran pada perusahaan yang memproduksi barang atau jasa dengan skala besar yang mengalami inflasi. 

Menanggapi terjadinya deflasi, peran serta pihak yang berwenang untuk mengontrol perubahan harga komoditas agar tetap stabil cukup diharapkan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengontrol deflasi antara lain, menerapkan kebijakan pengurangan pajak, menurunkan bunga pinjaman, menerapkan operasi pasar, dan meningkatkan belanja pemerintah terhadap barang dan jasa yang beredar di pasar lokal.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Penulis: Febrianto Nainggolan, S.Tr.Stat. (ASN BPS Kabupaten Kepahiang)