Inilah Enam Taman Nasional Indonesia yang Diakui UNESCO

Foto : goodnewsfromindonesia

Bengkulutoday.com - Indonesia terkenal dengan pesona alam yang indah, dari bawah laut, pegunungan, hingga hutan yang menjadi taman nasional. Karena sebagai habitat beragam flora dan fauna langka. Bahkan, taman nasional tersebut di antaranya masuk dalam warisan dunia yang diakui UNESCO.

Indonesia saat ini tercatat memiliki 50 taman nasional yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Enam di antaranya telah mendunia dan ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites) oleh UNESCO.

Dilansir dari laman mediaindonesia, Rabu (11/1/23), inilah 6 taman nasional di Indonesia yang diakui UNESCO:  

1. Taman Nasional Lorentz, Papua, merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO yang ditetapkan pada tahun 1999. Diyakini sebagai kawasan lindung karena memiliki keanekaragaman hayati terlengkap se-Asia Pasifik. Keunikan kawasan ini makin bertambah karena merupakan satu di antara tiga kawasan di dunia yang memiliki gletser di daerah tropis. Salju abadi di kawasan ini berada pada puncak Gunung Jayawijaya.  

2. Taman Nasional Ujung Kulon, Banten menjadi Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO dan ditetapkan pada tahun 1991. Taman Nasional ini menjadi habitat konservasi satwa langka yaitu spesies badak Jawa bercula satu. Selain itu, masih ada berbagai satwa liar lainnya yang dilindungi di kawasan ini, di antaranya kera ekor panjang, babi hutan, merak, owa Jawa, surili dan lainnya.  

Ada beberapa tipe hutan yang termasuk ke dalam kawasan taman nasional ini, yakni hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan hujan tropika dataran rendah, dan padang rumput.  

3. Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur sebagai Situs Warisan Dunia yang dilakukan UNESCO pada 1991. Taman Nasional ini merupakan habitat asli komodo, tepatnya di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang dan Nusa Konde. Taman nasional ini terdiri dari tiga pulau besar, yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
 
Perairan Pulau Komodo juga telah dikenal oleh kalangan para penyelam dengan keindahan alam bawah laut yang menjadi rumah bagi lebih dari 1.000 spesies ikan, 260 spesies karang, lumba-lumba, paus, dan penyu. Sedangkan di darat, terdapat padang rumput dan hutan savanna.

4. Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh dan Sumatera Utara. Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang sudah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia sejak 2004. Taman Nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang dikelilingi oleh hutan lebat khas hujan tropis.

Sebagai taman nasional, Gunung Leuser memiliki tiga fungsi utama, yakni perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan berbagai keaneka ragaman jenis hayati, satwa beserta ekosistemnya dan untuk pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.  

5. Taman Nasional Kerinci Seblat ditetapkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO dalam kawasan Asia Pasifik pada tahun 2004 karena menjadi rumah bagi sekitar 4.000 spesies tumbuhan seperti Rafflesia Arnoldii dan Amorphophallus Titanum. Taman nasional terbesar di Sumatera itu memiliki luas wilayah yang berada di 4 provinsi yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Selain itu, ada mata air panas, sungai-sungai beraliran deras, gua, air terjun dan danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Danau Gunung Tujuh.  

6. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan taman nasional yang ditujukan untuk melindungi hutan hujan tropis di Pulau Sumatera yang menjadi warisan dunia UNESCO di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2004. Taman ini merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan yang memiliki beragam vegetasi alam seperti vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, dan hutan pamah tropika.  

Tujuan perlindungan pada taman nasional ini adalah untuk menghentikan kecenderungan pelanggaran hak dan penebangan kayu secara ilegal yang terjadi di dalam taman dan sekitarnya. Selain itu, juga menurunkan angka perburuan pada satwa, terutama satwa langka.