Jejak Islam di Batik Besurek

Pejabat mengenakan batik besurek

Semula pakaian batik menjadi bagian dari proses daur hidup manusia. Namun keberadaannya kini menjelma menjadi pakaian kantoran tanpa kehilangan nuansa Islami. Batik Besurek.

Masih pada nuansa hari batik nasional. Ada beberapa latarbelakang yang mempengaruhi terciptanya batik dengan motif khas pada masing-masing daerah.

Di Bengkulu, pengaruh Islam terhadap ragam hias tekstil terjejak pada Batik Besurek. Batik Besurek diperkenalkan pedagang Arab dan pekerja asal India pada abad ke-17 kepada masyarakat di Bengkulu. Seiring dengan perkembangannya, seni dalam membuat motif pada kain tersebut dipadukan dengan tradisi Indonesia yang berciri khas Bengkulu.

Motifnya biasanya hanya berupa huruf Arab gundul yang tak punya makna khusus–kecuali beberapa jenis kain, terutama untuk upacara adat. Lalu ada perpaduan motif flora dan fauna–yang sudah distilisasi hingga tak dikenali lagi bentuk aslinya– sebagai simbol hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Dalam Pengaruh Islam dalam Seni Wastra Indonesia, katalog dalam pameran di Museum Tekstil Jakarta, Judi Achjadi dan Benny Gratha menuliskan, keberadaan Kain Besurek di Bengkulu diperkirakan muncul awal abad ke-16 seiring masuknya pengaruh Islam. “Tradisi membatik ini sudah ada sejak Kerajaan Jambi,” ujar Benny.

Selain di Bengkulu, Batik Besurek pernah dikerjakan di Cirebon. Untuk memenuhi kebutuhannya, Kerajaan Jambi bahkan memesan batik dari Cirebon. Dari sinilah perpaduan terjadi. Muncul beragam motif. “Koleksi Besurek Museum sendiri sekitar enam lembar saja,” kata Benny.

Pada mulanya kain besurek digunakan sebagai perlengkapan upacara daur hidup seperti kelahiran, cukur rambut anak, perkawinan, hingga kematian. “Dengan menggunakan atribut pakaian yang bertuliskan mantara atau ayat suci Alquran diharapkan acara itu akan berlangsung lancar dan terhindar dari bahaya,” kata Benny, dilansir dari HISTORIA.ID.

Namun beriring waktu, dengan teknologi cap printing membuat Kain Besurek menjadi terjangkau kantong khalayak umum dan popular. Ia mulai dipakai bukan hanya untuk keperluan adat. (**)