Ketika Gadget Mampu Menutup Kios Pedagang

Ardiansyah, S.E.

Oleh : Ardiansyah, S.E. (ASN BPS Kab. Seluma)

Bengkulutoday.com - Beberapa hari terakhir ini berita tentang sepinya pengunjung Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat yang konon kabarnya pasar tersebut sangat terkenal pada beberapa masa yang lalu menjadi tranding topik di berbagai media televisi hingga  media online yang menceritakan kondisi Pasar Tanah Abang yang sangat jaya pada masanya sekarang sangat sepi dari para pengunjung yang mengakibatkan pedagang -pedagang di pasar tersebut mengalami penurunan omset yang sangat signifikan dan banyaknya kios pedagang yang tutup, dari opini yang berkembang terjadinya hal tersebut karena maraknya social commerce bagi pelaku - pelaku bisnis online shop.

Sebagimana dirasakan sekarang begitu menjamurnya bisnis online shop diberbagai kalangan masyarakat yang menjajakan berbagai produk-produk bisnisnya secara online baik secara langsung melalui media sosial pribadinya ataupun melalui platform digital yang sudah tersedia, hal ini tentunya berpengaruh terhadap bisnis-bisnis yang masih konvensional, yang masih mengharapkan kedatangan pembeli kekios jualannya.

Kondisi masyarakat sekarang cenderung menginginkan hal simpel, praktis, terlebih warisan yang ditinggalkan pada saat wabah Covid-19 melanda bumi ibu pertiwi ini, dimana pada saat pandemi ada kebijakan physical distance yang membatasi kontak langsung, menjaga jarak aman guna mencegah penyebaran virus Covid-19, agaknya dampak Covid-19 menjadi efek yang berkelanjutan hingga saat ini dan membawa suatu pergerseran nilai.

Kemudian dari sepinya pengunjung di Pasar Tanah Abang tersebut ada dorongan dari beberapa pihak untuk menutup social commerce  yang menjadi penyedia bagi pelaku online shop, tentu hal ini membawa reaksi pro dan kontra dibeberapa kalangan, lalu siapa yang patut disalahkan ? tentu jawaban setiap pihak mempunyai argumen-argumen sendiri.

Mungkin inilah yang dianggap sebagai pergeseran nilai, yang salah satunya bersumber dari kemajuan teknologi dan informasi, jika dulu istilah buku adalah jendela dunia agaknya sudah bergeser dan tergantikan dengan gadget adalah jendela dunia , bahkan dengan adanya digitalisasi menjadikan dunia dalam genggaman melalui sebuah gadget, betapa tidak dengan sapuan satu jari pada gadget semua orang bisa melihat hal – hal yang terjadi di luar jangkauan jarak, dimana orang dengan bermodalkan dengan beberapa megabyte data begitu mudah mengakses berbagai sumber informasi, mencari kebutuhan diri, dan menjajakan bisnis yang dilakoninya.

Lalu bagaimana di Bumi Raflesia dari catatan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) di Provinsi Bengkulu pada tahun 2022, dimana penduduk yang berumur 5 tahun keatas baik laki-laki maupun perempuan sebanyak 99,07% telah mengakses internet menggunakan telepon selular (gadget), berangkat dari data ini agaknya wajar jika sekarang gadget adalah jendela dunia, semua bisa diakses dalam hitungan detik melalui gadget yang terhubung dengan internet, orang mulai memanfaatkannya untuk berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan bahkan politik yang sekarang sudah dirasakan panas dinginnya.
Angka tersebut hendaknya menjadi warning bagi pelaku kegiatan ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik, hendaknya bisa mengambil langkah-langkah yang dapat menyelamatkan usaha-usaha masyarakat yang masih dilakukan secara konvensional, yang masih mengharapkan pembeli mengunjungi penjual secara langsung, hal ini untuk menghindari kejadian serupa seperti di Tanah Abang Jakarta Pusat yang sepi pengunjung sehingga mengalami penurunan omset penjualan dan banyak kios pedagang yang tutup, tak menutup kemungkinan hal tersebut dapat terjadi bagi pelaku usaha di Bumi Raflesia ini, sepeti Pasar Tradisional Modern ( PTM ), Pasar Minggu, Pasar Bang Mego dan pasar- pasar lainnya di Provinsi Bengkulu terutama pasar – pasar yang manjajakan produk non makanan.

Selain itu juga hendaknya dengan memperhatikan data tersebut bisa memanfaatkan potensi yang bisa dimanfaatkan, terutama bagi mereka yang kekurangan modal usaha,  yang cukup hanya bermodalkan beberapa megabyte data, mungkin bisa menfaatkannya menjadi tenaga marketing, tinggal pilih ingin menjadi marketing produk makanan, produk pakaian, produk skincare, produk alat rumah tangga, atau memanfaatkan momen ditahun politik sebagai marketing politik, tinggal lagi mengamati pangsa pasar yang sesuai dan memahami regulasi yang ada untuk menjajakan produk-produk tadi. Mau tidak mau, suka tidak suka suatu pergeseran nilai dan waktu tidak bisa dihalang-halangi, tinggal kita menyikapi dan mensiasati perubahan yang terjadi tersebut.