Legalisasi Pernikahan Sesama Jenis, Potret Nyata Kegagalan Sistem Kapitalis

ilustrasi MENIT.CO.ID

Oleh: Oleh : Fera Evika (Mahasiswi Bengkulu)

Bengkulutoday.com - Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral dan sangat dinanti-nantikan oleh setiap insan dimuka bumi. Akan ada rona kebahagiaan yang terpancar dari wajah pasangan yang akan menikah tentunya. Namun beranjak dari hal itu rupanya akhir-akhir ini ada banyak sekali kasus pernikahan yang berbeda dari biasanya, sebut saja pernikahan sesama jenis. Yang selalu menjadi trending topik belakangan ini. eksistensi dari pernikahan sesama jenis semakin marak serta kian massif dan terus saja di gencarkan oleh kalangan penyuka sesama jenis agar keberadaan mereka dapat diterima dan diakui khalayak ramai. Belum sembuh luka batin yang menyayat sembilu akibat konten viral kaum Sodom actor Deddy corbuzer beberapa waktu yang lalu. secara mengejutkan dunia kembali diguncang dengan adanya kasus penipuan pernikahan sesama jenis di Jambi dalam beberapa hari terakhir.

Dikutip dari  Tribunjambi.com perempuan benama Eriyani nekat melakukan penipuan demi bisa menikahi perempuan asal jambi yang dicintainya sejak pertama kali bertemu di aplikasi tantan tahun lalu. Menurut pengakuann pelaku, akhirnya Erayani mengaku menyamar menjadi Anhaf Arrafif dengan menyebut dirinya sebagai dokter spesialis syaraf lulusan Amerika Serikat. Adapun korban Erayani adalah Nur Aini (22) yang awalnya tidak mengetahui bila suaminya itu yang sebenarnya adalah seorang Wanita. Karena sejak berpacaran Erayani memang mengaku sebagai Anhaf Arrafif  hingga akhirnya mereka pun menikah siri.

Namun sepandai-pandainya orang dalam menyembunyikan bangkai pada akhirnya baunya yang busuk dan menyengat pasti akan tercium juga. Begitu pula halnya akan kebohongan, sepandai-pandainya manusia dalam menyembunyikan kebohongan pada akhirnya akan terkuak juga fakta serta kebenarannya. Itulah yang terjadi pada rumah tangga Erayani yang dibangun dengan pondasi yang penuh kebohongan tersebut. Peristiwa itu terbongkar karena berawal dari kecurigaan orangtua Aini, Siti harminah. Ia merasa curiga pada gerak-gerik menantunya yang Ketika hendak mandi tidak pernah buka baju sebagaimana laki-laki pada umumnya. Yang lebih parahnya lagi ternyata usut punya usut dikatakan bahwa Erayani ternyata juga pernah menjalin hubungan sesama jenis dengan perempuan Ketika bekerja di sebuah pabrik di Bogor.

Sungguh sangat disayangkan dan menyayat hati, pasalnya bagaimana mungkin di negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Pada fakta dan kenyataanya justru malah kejahatan bebas dan terus saja dibiarkan berkeliaran layaknya hewan liar yang selalu saja mengganggu serta meresahkan. Hal ini bukan pertama kalinya kasus-kasus serupa terjadi Kembali atau bahkan berulang-ulang kali terjadi. Maraknya kaum Pelangi saat ini tentu saja bukan terjadi hanya tanpa sebab dan alasan sepele serta kecil saja. melainkan terjadi karena generasi terbaik yang saat ini sibuk pada induvidu pribadi dan lebih mementingkan hawa nafsu serta keluarga yang rapuh dalam mempertahankan keislamannya. Kita bisa melihat sendiri fakta dan realita saat ini, dimana banyak orang tua yang tidak paham dalam mendidik anak. Anak dibelikan handphone mewah tanpa adanya pengawasan dan rules pemakaiannya. Tidak memantau dengan siapa anak kita bergaul serta berteman, bahkan malah sibuk dengan urusan mencari uang tanpa pernah menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anak. Hingga Bacaan, tontonan, lagu semua diarahkan kepada genre romantisme yang membuat lahirlah generasi bucin dan suka berhalusinasi. Ditambah lagi dalam sistem liberalisme yang melanggengkan hukum buatan manusia ini komunitas LGBT juga dibiarkan saja berekspresi tanpa sanksi yang tegas dan bahkan dilindungi serta diberi ruang gerak dalam bertindak.

Itu semua tentunya sudah menjadi kebiasaan yang terjadi pada dunia jika masih saja menerapkan sistem kapitalis sekuleris yang mengambil jalan tengah dalam menyelesaikan segala persoalan. Umat terus saja di doktrin dengan berbagai pemikirin bathil dan menyesatkan yang semakin menjauhkan diri pada identitas sebagai seorang muslim. Umat selalu saja diarahkan hanya untuk hidup hedonis dan bebas tanpa memperdulikan standar halal atau haramnya. Hingga tidak akan memikirkan kehidupan akhirat nantinya seperti apa dan bagaimana nasibnya. Yang terpenting adalah apapun yang dilakukan dapat memuaskan hawa nafsu belaka dan meraih pundi-pundi keuntungan semata.

Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan sistem islam yang selalu saja menawarkan obat mujarrab untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit kehidupan. Islam selalu punya resep special untuk menyembuhkan luka atau bahkan penyakit kronis kehidupan sekalipun. Karena islam akan mengadopsi syariat yang berasal dari sang pencipta untuk landasan bernegara. Dalam islam sejak dalam kandungan anak sudah didengarkan ayat-ayat cinta kalamullah yang memberikan ketenangan jiwa. Kemudian orangtua terkhususnya ibu akan memberikan pendidikan terbaik sebagai madrasah pertama agar dapat mencetak generasi terbaik. Bahkan orangtua juga akan memantau perkembangan serta pergaulan anak, dengan siapa saja dia berteman dan bergaul bukan malah sibuk bekerja tanpa ingat massa(waktu). Kemudian negara juga akan memfasilitasi berupa media-media tontonan, lagu yang mendidik moral jiwa manusia, bukan malam tontonan tidak senonoh seperti saat ini. Sehingga wajar jika dalam sejarahnya islam banyak melahirkan pejuang peradaban yang dilahirkan dari Rahim terbaik. Seperti sultan Muhammad al-fatih, salahudin al-ayubi, imam syafi’I dan lain sebagainya. Bukan generasi Dylan dan roman picisan yang bucin tiada ketulungan.

Kemudian dalam islam juga diperintahkan hendaknya agar dapat memisahkan kamar anak laki-laki dan perempuan setelah mereka berumur berumur 7 tahun. Hal ini sesuai hadist dari Abu Rafi’ riwayat Al-Bazzar. Abu Rafi’ berkata, Rasulullah SAW bersabda:

وفرقوا بين مضاجع الغلمان والجواري والأخوة والأخوات لسبع سنين ، واضربوا أبناءكم على الصلاة إذا بلغوا أظنه تسع سنين ،

Artinya: “Pisahkanlah antara tempat tidur anak-anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan pada usia usia 7 tahun. Dan pukullah anak kalian agar shalat apabila berusia 9 tahun.”

Dari ayat diatas tentu sudah sangat jelas akan perbedaan kehidupan antara lai-laki dan perempuan, sehingga harus dipisahkan, jika masih bersudara saja sampai dipisahkan untuk menghindari hal-hal yang dapat merujuk pada perilaku tindak kejahatan. Apalagi jika yang bukan muhrimnya.

Selain itu pula islam bahkan melarang untuk satu selimut ketika tidur, ini sesuai hadist Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

لَا يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلَا الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلَا يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، وَلَا تُفْضِي الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ

“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lain, dan janganlah seorang laki-laki masuk bersama laki-laki lain dalam satu selimut, jangan pula seorang wanita masuk bersama wanita lain dalam satu selimut.” [HR. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu].

Hal ini tentu tidak lain dan bukan untuk menghindari perilaku menykai sesama jenis, karena pada hakikatnya allah swt memang telah menciptakan segala sesuatu dimuka bumi secara berpasang-pasangan. Seperti adanya Panjang maka ada pendek, ada siang juga malam, ada kiri ada juga kanan, begitu juga jika ada laki-laki maka pasangannya adalah perempuan. Jika ada akhi maka pastilah ada ukhti, bukan malah ada akhi pasangannya ari atau sebaliknya jika ada ukhti pasangannya pun malah siti.

Begitulah luarbiasanya islam dalam mengatur tatanan kehidupan secara detail tanpa kecacatan sedikit pun. Dan jika pun seandainya setelah upaya-upaya diatas dilakukan, tetapi masih saja ditemukan kejahatan serupa. Maka negaralah yang bertindak dan mengambil peran. Khalifah sebagai kepala negara tentunya akan menanganin secara preventif dan kuratif dengan mmemberikan sanksi tegas bagi para pelaku tindak kejahatan. Tidak melindunginya apalagi memberikan ruang gerak dan kebebasan dalam melakukan tindak kejahatan. Kemudian negara juga akan memberikan fasilitas pendidikan gratis dengan kurikulum Pendidikan islam yang berlandaskan iman dan takwa sehingga dapat membentuk pola karakter individu yang terdidik serta bebas dari pergaulan sesat dan abnormal.Wallahu a’lam bissowwab.