Mampukah Bengkulu Memaksimalkan Potensi Produksi Padi?

ilustrasi beritasatu.com

Oleh: Ikhlasul Fajri Pekerjaan: ASN BPS Kabupaten Lebong

Bengkulutoday.com - Jika harus memilih satu sektor utama perekonomian Bengkulu, saya rasa mayoritas masyarakat Bengkulu sepakat bahwa sektor utama perekonomian Bengkulu adalah pertanian. Opini ini diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu yang menyatakan bahwa pada tahun 2021 sebanyak 45,78 persen penduduk Bengkulu yang berusia 15 tahun keatas menjadikan sektor pertanian sebagai pekerjaan utamanya.

Selain itu, data BPS juga menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang menyumbangkan PDRB terbanyak untuk provinsi Bengkulu pada tahun 2021, yaitu sebesar 28,20 persen dari total PDRB Bengkulu. Dari data yang telah diuraikan, terlihat jelas bahwa sektor pertanian memainkan peranan penting dalam perekonomian Bengkulu, bahkan dapat menjadi kunci keberhasilan perekonomian Bengkulu. Dari beberapa aktivitas ekonomi pada sektor pertanian, tanaman pangan khususnya produksi padi merupakan subsektor yang memberikan nilai ekonomi tertinggi untuk sektor pertanian yaitu 27,84 persen dari total yang dihasilkan pada sektor pertanian. 

Sama seperti provinsi penghasil padi lainnya, pengurangan luas lahan pertanian selalu menjadi masalah utama dalam menjalankan aktivitas ekonomi. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman penduduk membuat luas sawah berkurang dan pada akhirnya luas panen juga turut berkurang. BPS mencatat sejak tahun 2019 hingga tahun 2021, luas panen padi di Provinsi Bengkulu selalu berkurang, pada tahun 2019 luas penen provinsi Bengkulu adalah sebesar 64.407 Hektar (ha), berkurang menjadi 64.137 ha pada tahun 2020, dan berkurang kembali pada tahun 2021 menjadi 55.705 ha. Selain itu, penurunan luas panen juga mungkin disebabkan karena curah hujan yang menurun pada tahun 2021, dimana pada sepanjang tahun 2021 curah hujan rata-rata sebesar 3.658,1 mm, lebih rendah dibandingkan tahun 2020 dengan curah hujan sebesar 4.272,5 mm. penurunan curah hujan dapat menyebabkan penurunan kesuburan lahan sawah dan menyebabkan gagal panen.

Pengurangan luas panen tentu saja akan memberikan dampak terhadap produksi padi. Sama halnya seperti luas panen, sejak tahun 2019 produksi padi juga mengalami penurunan. Pada tahun 2019 petani di Provinsi Bengkulu mampu memproduksi padi sebanyak 296.472 ton gabah kering giling (GKG), kemudian berkurang pada tahun 2020 menjadi sebesar 292.834 ton GKG dan kembali berkurang menjadi 271.117 ton GKG atau jika di konversi menjadi beras pada tahun 2021 petani menghasilkan beras sebanyak 156.154 ton beras. Jumlah ini dinilai sangat sedikit untuk provinsi dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani padi.

Selain itu, jumlah ini secara matematis belum bisa memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Bengkulu, dimana hingga pertengahan tahun 2021, penduduk Bengkulu berjumlah 2.032.942 jiwa, sedangkan menurut data kementan kebutuhan beras perkapita penduduk adalah sekitar 92kg/kapita/tahun, sehingga secara hitungan kasar kebutuhan beras pertahun di Bengkulu pada tahun 2021 adalah sekitar 187.030 ton beras. Dengan kata lain untuk menstabilkan harga beras, Provinsi Bengkulu membutuhkan impor beras dari provinsi lain, padahal pertanian padi merupakan salah satu sektor utama di Bengkulu. Fakta ini seharusnya menjadi early warning untuk melakukan peningkatan produksi padi ditengah tantangan penurunan luas lahan pertanian.

Peningkatan produktivitas padi merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah produksi padi ditengah penurunan luas lahan pertanian. Mentan RI, Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa “Bengkulu dapat menjadi swasembada beras nasional”.Namun untuk menjadi swasembada beras, tentu saja Provinsi Bengkulu harus mampu memaksimalkan produktivitas padi di Bengkulu. Jika dilihat berdasarkan data produktivitas padi di Bengkulu, maka akan didapat bahwa produktivitas padi di Bengkulu mengalami peningkatan pada tahun 2021, yaitu sebesar 48,67 kuintal/hektar (ku/ha) setelah pada tahun sebelumnya hanya 45,66 ku/ha. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas padi di Indonesia nilai ini masih lumayan jauh dari rata-rata produktivitas nasional yaitu sebesar 52,26 ku/ha.

Kondisi produktivitas padi yang masih dibawah rata-rata produktivitas padi nasional menunjukkan bahwa Provinsi Bengkulu belum maksimal dalam meningkatkan produktivitas padi untuk mencukupi kebutuhan beras masyarakat Bengkulu. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan produktivitas padi.

Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa akademisi, beberapa program yang dapat dijalankan antara lain korporasi petani, perluasan area tanam baru, komando strategi penggilingan padi, pengairan irigasi yang terstruktur, penggunaan bibit unggulan, serta penggunaan pupuk yang cukup. Semua program tersebut dapat dilakukan secara bersamaan ataupun dilakukan satu per satu untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan serta mensejahterakan petani. Opini nasional tersebut kemudian dikuatkan dengan penelitian yang di lakukan spesifik di Bengkulu, dimana rangkuman dari beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan (ha), jumlah benih (kg/ha), penggunaan pupuk (kg/ha) dan tenaga kerja. 

Penggunaan benih yang bermutu tinggi dan berasal dari varietas unggul merupakan faktor yang memengaruhi peningkatan produksi padi. Usaha-usaha lain seperti perbaikan cara bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan yang berimbang serta pengendalian hama dan penyakit hanya dapat memberikan pengaruh maksimum apabila disertai dengan penggunaan benih bervarietas unggul. Pemberian pupuk urea dengan takaran yang cukup dan berimbang serta pemupukan yang benar juga berpengaruh terhadap produksi padi, begitu juga dengan pemberian pupuk Ponska. Selanjutnya tenaga kerja pada usaha padi sawah juga berpengaruh terhadap produksi padi, terutama tenaga kerja pada pemeliharaan tanaman. Tenaga kerja menjadi salah satu faktor produksi yang penting pada usaha tani padi sawah, karena apabila kekurangan tenaga kerja yang memiliki kualitas baik akan menyebabkan turunnya produksi padi sawah.

Tak hanya petani, factor lain yang dapat mendorong peningkatan produktivitas padi adalah dukungan dari pemerintah setempat. Dukungan pemerintah seperti membuat irigasi yang baik untuk petani, memastikan persediaan pupuk dan pestisida tercukupi, memastikan petani mendapatkan bibit unggulan, serta bentuk dukungan lain juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi padi di Bengkulu. Saat ini pemerintah juga terus berupaya membantu peningkatan produktivitas padi di Bengkulu, salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah adalah dengan cara menyalurkan bibit padi berkualitas kepada kelompok tani. Harapannya, segala upaya ini mampu meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu hingga mencukupi kebutuhan penduduk Bengkulu atau bahkan Bengkulu mampu menjadi lumbung padi yang dapat mengekspor produksi padinya ke seluruh Nusantara. Mampukah harapan tersebut direalisasikan?