Menormalisasikan Pacaran, Gerbang Awal Menuju Kehancuran?

Ilustrasi, sumber: Instagram.com/boiny_honey

Oleh : Fera Evika ( Mahasiswi Bengkulu)

Publik Kembali dikejutkan dan dibuat geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, belum lama ini sedang viral akan adanya pernyataan yang dilontarkan oleh habib Ja’far yang mengatakan bahwa pacaran dapat disebut juga sebagai ta’aruf.  Hal tersebut bermula pada saat Nagita Slavina yang mengajak pasangan fenomenal yang saat ini tengah naik daun. Sebut saja Thariq Halilintar (thariq) dan Fujianti Utami  (fuji), untuk mendengarkan tausiyah dari Habib Husein Ja’far. Dikutip dari Wowkeren.com pada sabtu, 23 april 2022 lalu, dalam  kesempatan tersebut ibunda dari Rafatar itu sempat menyinggung tentang bagaimana hukum pacaran di dalam islam. ‘’Habib kalau misalnya  pacaran didalam Islam itu, sebenarnya gimana sih??’’ tanya Nagita pada saat itu. Hal tersebut sontak langsung membuat Fuji langsung merasa tertampar dan tersindir. Pasalnya seperti yang diketahui bersama bahwa kini adik dari alm Bibi Andriansyah itu tengah menjalin asrama dengan adik dari youtuber ternama Atta Halilintar, yaitu Thariq Halilintar. 

Namun, alih-alih menghakimi, justru Habib Ja’far malah memberikan penjelasan yang aneh. Bagimana tidak? Pasalnya ia menyebut bahwa pacaran itu tidaklah jauh berbeda dari ta’arufan. “Jadi gini, tergantung dalam Islam itu sendiri. Ada yang Namanya ta’arufan, ta’arufan itu juga bisa disebut  dengan pacaran’’ ujar habib Ja’far pada sabtu, 23 april 2022 lalu.  Artinya keduanya itu berusaha saling mengenal, serta saling berkomitmen untuk menikah. Perkara nanti jadi atau tidaknya, tetapi komitmen untuk menikah itu penting," tambahnya lagi.

Pernyataan tersebut tentunya sontak langsung menuai berbagai pro dan kontra terkhususnya kalangan intelektual muda muslim. Banyak yang sangat menyayangkan akan perkataan habib Ja’far tersebut. Pasalnya, bagaimana bisa sesorang yang bergelar habib dapat melontarkan  pernyataan yang demikian. Padahal jelas-jelas Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menjauhi perbuatan zina, ini sesuai firman Allah swt dalam Q.S Al-Isra ayat 32, yang berbunyi


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al Isra: 32)

Dari ayat di atas tentu sudah sangat jelas bagi kita akan perintah Allah untuk tidak mendekati zina, dan menjauhi aktivitas pacaran. Hal tersebut dikarenakan pacaran dapat menjerumuskan pelakunya pada perbuatan zina atau dapat dikatakan pacaran sebagai gerbang awal membuka perzinaan. Namun, inilah fakta dan realita yang terjadi pada kaum milenials saat ini, dimana kebanyakan justru  merasa malu Ketika mereka tidak atau bahkan belum memiliki pacar. Bahkan lebih mirisnya lagi mereka berani berpegangan tangan, berpelukan layaknya pasangan suami istri serta aktivitas lainnya. Belum lagi kasus hamil diluar nikah dan berujung pada pembunuhan nyawa yang tidak berdosa alisas aborsi yang menjadi jalan penyelesaiannya, atau bahkan menikah diusia muda yang berujung pada perceraian, serta kasus-kasus dan berbagai macam permasalahan serius lainnya yang tidak bisa terpecahkan dan memberikan solusi fundamental untuk dituntaskan hingga detik ini juga. Walhasil Inilah yang terjadi jikalau kita hidup jauh dari aturan Allah SWT, yang ada hanya memunculkan berbagai probelmatika yang tak kunjung ada jalan penyelesaiannya. Hal tersebut membuktikan bahwa sistem yang mengambil jalan tengah dengan memisahkan agama dari kehidupan ini (Kapitalisme -Sekulerisme) telah benar-benar terbukti gagal dalam menyelesaikan problematika umat. Yang ada justru malah semakin menjauhkan umat dari jati dirinya sebagai seorang muslim. Umat bahkan selalu saja didoktrin dengan pemikiran kufur dan menyesatkan, sehinga mereka bahkan takut kepada agamanya sendiri.

Hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan Islam yang merupakan obat mujjarab yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kehidupan. Islam telah menawarkan berbagai macam resep untuk menghempaskan seluruh penyakit kehidupan dari mulai gejala hingga keakar permasalahnya. Dalam Islam pacaran merupakan aktivitas terlarang yang justru menimbulkan banyak kerugian bagi pelaku dan juga merupakan gerbang awal memicu terjadinya perzinaan. Tidaklah salah memang seorang manusia jatuh cinta kepada lawan jenisnya, karena itu merupakan bagian dari gharizah (gharizah nau) atau naluri kasih sayang. Tetapi bagaimana caranya memenuhi naluri tersebutlah jangan sampai salah dalam pemenuh atau penyalurannya. Karena dalam Islam obat untuk dua orang yang saling mencintai adalah menikah bagi yang sudah siap dan mampu. Namun jika dirasa belum siap dan belum mampu maka salah satu caranya tidak lain dan bukan hanyalah dengan berpuasa, dan senantiasa menyibukkan diri dalam ketaatan serta selalu mendekatkan diri pada Allah sampai nanti Allah sendiri yang mempersatukannya dengan indah.

Selain itu didalam Islam juga sangat membatasi interaksi antara pria dan Wanita. Ini sesuai firman Allah SWT dalam Q.S Al-Ahzab ayat 53, yang berbunyi :


وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ (سورة الأحزاب


“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-Ahzab: 53).

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsir tentang ayat ini  berkata, “Yaitu, sebagaimana aku larang kalian memasuki tempat kaum perempuan, demikian pula janganlah kalian melihatnya secara keseluruhan. Jika diantara kalian memiliki keperluan yang ingin diambil dari mereka, maka jangan lihat mereka dan jangan tanya keperluan mereka kecuali dari balik tabir.  Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallah selalu berupaya mencegah terjadinya ikhtilath antara laki-laki dan wanita bahkan termasuk dibagian bumi yang paling Allah cintai, yaitu masjid dengan cara memisahkan barisan antara laki-laki dan wanita. Kemudian agar jamaah laki-laki tetap berada di masjid hingga jamaah wanita keluar, lalu dibuatkan pintu khusus di bagian masjid untuk Wanita. Hal ini dikarenakan seluruh tubuh Wanita adalah aurat yang harus di jaga kecuali muka dan telapak tangan.

Demikianlah Islam dalam melindungi kehormatan wanita dengan menjaga kesucian serta kemurniannya. Karena wanita diibaratkan bak Mutiara yang berkilau di lautan lepas, sulit untuk didapatkan dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya dan mendapatkannya. Begitu halnya dengan wanita yang terhormat, dia akan didapatkan dengan cara yang terhormat sesuai dengan Syariat Allah. Bukan dengan menempuh cara yang salah dan dilarang oleh Allah sang maha pencipta.  Yaitu ditempuh dengan cara berta’arufan dengan di dampingi oleh mahram dari kedua belah pihak, untuk menghidari terjadinya khalwat (berdua-duaan). Kemudian khitbah yang dilanjutkan dengan menikah jika ada kecocokan dan keyakinan antara dua pasangan tersebut. Bahkan Ketika menikahpun terntunya kedua pasangan harus memahami makna dan tujuan pernikahan yang sebenarnya. Karena menikah adalah ibadah yang terpanjang dan terlama yang akan dijalankan sampai maut memisahkan. So, mau memilih menjemput dengan cara yang halal atau meninggalkan untuk Allah gantikan atau persatukan?? Yang jelas jodoh, rezeki, dan maut Allah lah yang sudah mengaturnya. Tugas kita hanyalah mempersiapkan diri.

Wallahu a’lam bissowwab