Penulis : Prayogi Genta S.
Bengkulutoday.com - Era digital telah membawa transformasi besar pada berbagai sektor, termasuk industri perbankan. Munculnya bank digital, seperti Jenius, Neobank, dan Livin' by Mandiri, menjadi fenomena yang disruptif, menantang dominasi bank-bank tradisional. Pertanyaannya, apakah kehadiran bank digital ini merupakan sebuah inovasi yang menyegarkan atau justru disrupsi yang mengancam eksistensi bank-bank lama?
Inovasi yang Menyegarkan
Bank digital menawarkan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki oleh bank tradisional. Layanannya mudah diakses melalui aplikasi mobile, prosesnya cepat dan efisien, serta biayanya lebih murah. Hal ini menarik minat generasi muda yang terbiasa dengan teknologi dan menginginkan kemudahan dalam bertransaksi keuangan.
Bank digital juga lebih inovatif dalam mengembangkan produk dan layanannya. Mereka memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan big data untuk memberikan layanan yang personal dan sesuai dengan kebutuhan nasabah. Hal ini meningkatkan customer experience dan mendorong kepuasan nasabah.
Disrupsi yang Mengkhawatirkan
Di sisi lain, kehadiran bank digital juga menimbulkan kekhawatiran bagi bank-bank tradisional. Bank digital dengan modal yang lebih kecil dan struktur yang lebih ramping dapat menjangkau pasar dengan lebih cepat dan gesit. Hal ini membuat bank tradisional harus beradaptasi dengan cepat untuk tidak tertinggal.
Kehadiran bank digital juga dapat meningkatkan risiko cyberattack. Sistem digital yang kompleks rentan terhadap serangan hacker, sehingga keamanan data nasabah menjadi taruhan utama. Bank-bank, baik tradisional maupun digital, perlu meningkatkan keamanan siber mereka untuk melindungi data nasabah.
Menemukan Keseimbangan.
Kehadiran bank digital bukanlah akhir dari industri perbankan tradisional. Justru, ini merupakan kesempatan bagi bank-bank tradisional untuk berinovasi dan beradaptasi dengan era digital. Bank-bank tradisional dapat berkolaborasi dengan fintech untuk mengembangkan produk dan layanan digital, atau bahkan membangun bank digital mereka sendiri.
Kunci utama untuk bertahan di era digital adalah berfokus pada customer centricity. Bank-bank, baik tradisional maupun digital, harus selalu memahami kebutuhan nasabah dan memberikan layanan yang terbaik. Bank yang mampu berinovasi, beradaptasi, dan fokus pada customer centricity akan menjadi pemenang di era digital.