PEMANFAATAN NASI BASI SEBAGAI MOL (MIKRO ORGANISME LOKAL) DALAM ALTERNATIF PEMBUATAN POC (PUPUK ORGANIK CAIR) BAGI TANAMAN DI KAWASAN CURUP, REJANG LEBONG

Nasi basi

Disusun oleh : Aurelia Ulva Rahmah, Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Tugas Matakuliah Bioteknologi Pertanian dengan Dosen Pengampu Prof. Ir. Marulak Simarmata., M. Sc., Ph. D

I. PENDAHULUAN
Masyarakat di Curup, Rejang Lebong masih banyak yang belum memanfaatkan sampah organik menjadi kompos. Banyak sampah yang masih menumpuk di pinggiran jalan akibat kelebihan muatan di tempat sampah.  Limbah sisa rumah tangga khususnya nasi basi, setiap hari semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah peningkatan jumlah limbah sisa rumah tangga yaitu dengan mengolahnya menjadi kompos yang dimanfaatkan sebagai nutrisi pada tanaman, selain itu juga dapat mengurangi volume limbah tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengaplikasikan nasi basi sebagai MOL (Mikro Organisme Lokal). 

MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah kumpulan mikroorganisme yang digunakan sebagai “starter” dalam pembuatan kompos organik, dimana MOL akan mempercepat proses pengomposan dan penguraian senyawa-senyawa organik. MOL tidak merusak lingkungan dan juga tidak berbahaya bagi makhluk hidup. MOL mengandung hormon tumbuh seperti giberelin, sitokinin, dan auksin yang berfungsi sebagai zat perangsang tumbuh tanaman. Larutan MOL mengandung unsur hara (mikro dan makro) juga mengandung bakteri yang berguna untuk pupuk organik cair (POC), dekomposer atau biang kompos untuk pembuatan kompos, dan sebagai pestisida organik untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

Menurut Lamapaha, H. E., dkk (2013), pembuatan MOL salah satunya dapat dilakukan dengan bahan baku nasi bekas atau nasi basi. Nasi basi dapat dijadikan MOL karena adanya kandungan dari karbohidrat yang dihasilkan selama proses fermentasi yang dapat menumbuhkan jamur atau bakteri yang dapat membantu proses pengomposan berlangsung. Jenis mikroba yang terkandung dalam MOL nasi basi adalah Sachharomyces cerevisiae dan Aspergillus sp. yang berperan dalam proses pengomposan.

Kandungan yang terdapat didalam nasi berisikan nutrisi penting di antaranya karbohidrat, protein, mineral seperti besi (Fe), fosfor (P), mangan (Mn), selenium, magnesium (Mg), kalium, dan sejumlah vitamin. Terdapat sekitar 39% karbohidrat didalam nasi. Karbohidrat akan diubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana, yakni gula. Gula merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang ada di tanah untuk berkembang biak dan bereproduksi sehingga dapat membantu tanah kita untuk memperbaiki strukturnya, baik secara kimia maupun biologi. Selanjutnya protein, protein ini akan dipecah menjadi sumber nitrogen (N) yang dapat digunakan sebagai hormon pertumbuhan untuk tanaman. Berikutnya kalsium akan bekerja sama dengan kalium untuk membentuk dinding sel di dalam tanaman. Di dalam nasi juga terdapat beberapa vitamin (A, B1, B2, dan B3) di mana nantinya akan menjadi unsur yang bisa digunakan untuk tanaman. Melihat banyaknya kandungan zat pada nasi, sebetulnya masih banyak manfaat lainnya dari nasi basi untuk tanaman, yakni kandungan tembaga, besi, dan seng menyediakan unsur hara mikro untuk tanaman.

Tujuan 
Tujuan dari pembuatan penulisan ini yaitu untuk  menambah wawasan masyarakat mengenai pemanfaatan nasi basi yang dapat dijadikan pupuk bagi tanaman.

II. METODE
Metode yang digunakan yaitu bersifat eksperimen atau percobaan. Percobaan dilakukan dengan memanfaatkan nasi basi sebagai bahan baku yang mudah dibuat dan juga ramah lingkungan untuk memperoleh Pupuk Organik Cair (POC).

Alat dan bahan yang diperlukan yaitu :
Alat    : Sarung tangan latex, Wadah untuk nasi basi, Ember atau baskom, Botol bekas, corong, Saringan.
Bahan : Nasi basi, Air, Molase (tetes tebu), gula merah, atau gula pasir.
Cara Pembuatannya yaitu :
1. Gunakan sarung tangan, kumpulkan dan masukkan nasi sisa ke dalam wadah, kemudian simpan di tempat terbuka dan jauh dari jangkauan sinar matahari selama 3-5 hari, hingga muncul jamur berwarna orange bernama rhizopus oligosporus ─jamur yang berperan penting dalam proses fermentasi pembuatan MOL.
2. Masukkan nasi basi tadi ke dalam ember, kemudian remas-remas nasi agar spora menyebar ke seluruh bagian dan tercampur merata
3. Tambahkan air secukupnya paling tidak 1: 5 liter, kemudian aduk hingga merata
4. Masukkan molase (gula pasir) secukupnya, kemudian aduk kembali seluruh bahan hingga merata.
5. Jika sudah tercampur merata, pindahkan cairan MOL ke dalam botol air kemasan 3/4-nya saja dengan bantuan corong
6. Biarkan selama 1 minggu hingga larutan berbau seperti tape.
7. Buka tutup botol setiap hari untuk membuang gas yang dihasilkan, lalu kocok botol agar nasi basi yang digunakan lebih hancur lagi dan buka tutup botol kembali sedikit saja untuk membuang gas.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari pembuatan MOL nasi basi yang berhasil dan siap digunakan yaitu ditandai dengan bau asam seperti tapai. Bau asam yang ditimbulkan pada MOL merupakan hasil fermentasi yang menghasilkan asam organik. (Mulyono, 2016). Warna yang menjadi indikator keberhasilan dari MOL nasi basi yaitu putih keruh. Menurut Sunarsih (2018), warna putih keruh pada MOL dipengaruhi oleh bahan-bahan utama yang digunakan, larutan gula dan nasi merupakan bahan utama pembuatan MOL yang berfungsi sebagai nutrisi untuk mikroorganisme. Berperan sebagai sumber mikroorganisme juga penyedia suplemen seperti protein, karbohidrat, serat dan vitamin (Prasetyo, dkk, 2012).   

Hasil dari pembuatan MOL nasi basi memiliki pH yang rendah. Menurut pendapat Kochakinezhad, dkk (2012) bahwa pH yang baik untuk MOL yaitu antara 4-5. pH yang rendah ditentukan seberapa lama proses fermentasi, semakin lama proses fermentasi maka semakin rendah pH yang dihasilkan.

Penggunaan cairan MOL dari nasi basi sebagai pupuk tanaman dilakukan dengan cara disiram atau disemprotkan ke tanaman. Untuk penggunaan dengan cara disiram ke tanaman, cairan MOL biasanya diencerkan dengan dosis 1 liter cairan MOL : 5-10 liter air. Sementara untuk disemprotkan ke tanaman, cairan MOL diencerkan 1 liter cairan MOL : 20 liter air. Dalam pembuatan pupuk organik cair dari nasi basi akan dihasilkan ampas (pupuk padat) dari proses penyaringan. Ampas yang berupa pupuk padat ini dapat dijadikan sebagai kompos. Untuk penggunaannya yaitu dengan mencampurkannya pada tanah yang akan dijadikan media penanaman. Semakin banyak nasi basi yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair, akan semakin banyak pula pupuk padat (ampas) yang dihasilkan. 

IV. KESIMPULAN
Kandungan yang terdapat didalam nasi berisi sejumlah nutrisi penting di antaranya karbohidrat, protein, mineral seperti besi (Fe), fosfor (P), mangan (Mn), selenium, magnesium (Mg), kalium, dan sejumlah vitamin yang sangat bermanfaat untuk tanaman. Nasi basi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan MOL untuk membuat pupuk organik cair, selain itu dapat menghasilkan pupuk organik padat yang terdapat pada ampas pembuatan MOL nasi basi. Pengolahan pupuk ini dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas betapa pentingnya pemanfaatan limbah yang diperoleh sebagai penggunaan pupuk bagi tanaman karena memiliki banyak keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA

Kochakinezhad, H., Gh. Peyvast, A. K. Kashi, J. A. Olfati, dan A. Asadii. 2012. A Comparison Of Organic and Chemical Fertilizers For Tomato Production. J. Organic System, 7 (2) : 14-25.
Lamapaha, H. E., dkk. 2013. Penerapan MOL (Mikro Organisme Lokal) dari Nasi Bekas. PKM Pengabdian Kepada Masyarakat.
Mulyono. 2016. Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Kompos Dari Sampah Rumah Tangga. AgroMedia Pustaka : Jakarta.
Prasetyo, M, N., N. sari, dan C. S. Budiyati. 2012. Pembuatan Kecap Dari Ikan Gabus Secara Hidrolis Enzimatis Menggunakan Sari Nanas. J. Teknologi Kimia dan Industri, 1 (1) : 270-277.
Rahmah, A., M. Izzati dan S. Parman. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica Chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis(Zea mays L.) J. Anatomi dan Fisiologi, 22 (1) : 65-71
Sunarsih, L. E. 2018. Penanggulangan Limbah. Deepublish : Yogyakarta.