PEMBUATAN PUPUK HAYATI ORGANIK (Organic Biofertilizer)

Bahan pupuk organik

TUGAS OLEH

NAMA : ESTRINA BR SILITONGA
NPM    : E1J018021
KELAS : A
TUGAS : BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
DOSEN : Prof. Ir. Marulak Simarmata ., M.Sc., Ph.D

Pupuk Hayati (Biofertilizer) berbeda dengan Pupuk Organik.Pupuk hayati adalah larutan konsentrat campuran sel-sel beberapa jenis mikrorganisme tertentu yang aktif (hidup), diantaranya mikroorganisme pengikat nitrogen, pelarut pospat dan pengurai senyawa organik, yang dapat menyuplai nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.

Mikroorganisme tersebut diperoleh dari perakaran tanaman atau dari tanah disekitar zona perakaran (Rhizosphere). Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang terdiri dari unsur-unsur kimia organik yang bisa langsung diserap oleh tanaman. Namun dengan cara yang sederhana, keduanya bisa dikombinasikan sehingga menghasilkan pupuk tanaman yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen.

Pupuk hayati organik ini lebih menguntungkan dari segi pembiayaan, ketahanan terhadap penyebab penyakit tanaman, bebas dari mikroorganisme patogen, dan dari segi keramahan terhadap lingkungan, dibandingkan dengan pupuk kimiawi buatan. Sisa atau residu pupuk kimiawi buatan yang terbuang ke aliran sistem perairan adalah penyebab terganggunya keseimbangan ekosistem diantaranya adalah terjadinya eutrofikasi.

Berikut mengenai cara membuat pupuk hayati organik dengan cara yang sederhana, efektif dan efisien,
Prosesnya membutuhkan waktu yang agak lama, sekitar 2,5 bulan, namun hasilnya sebanyak kurang lebih 1.000 Liter dari 100 L konsetrat pupuk hayati organik, bisa digunakan untuk ribuan hektar tanaman selama berbulan-bulan. 
A.    Proses Produksi Pupuk Hayati
1.    Tahap Pengisolasian Mikroorganisme
    Mengambil satu kg tanah yang berasal dari kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah. Pilih lokasi tanah subur yang bebas dari gangguan manusia, jauh dari pemukiman misalnya dari tanah perkebunan yang terawat dengan baik atau dari hutan yang lebat. 
    Tanah tersebut dicampur dengan satu kg daun bambu kering, 5 kg sekam padi dan 2 kg dedak padi, diaduk rata sambil menuangkan air secukupnya,sekitar 5 liter. 
    Masukkan campuran tersebut ke dalam wadah berdiameter 50 cm dengan ketinggian 30 cm. Buat lobang berdiameter 10 cm di tengah-tengah campuran.
    Tutup campuran tersebut dan letakkan di tempat yang teduh selama satu bulan. Aduk campuran tersebut 4 hari sekali dan membuat lobang ventilasi baru.
    Proses selesai setelah terbentuknya lapisan serat putih di permukaan campuran.
2.    Tahap Peningkatan Jumlah Mikroorganisme
    Campuran kering mikroorganisme diaduk rata, kemudian diambil sebanyak 500 gram dan dimasukkan ke dalam jaring plastic.
    Campur 15 liter molase (produk sampingan dari hasil pengolahan gula tebu) atau 15 kg gula merah cair ke dalam wadah berisi 75 liter air tanah atau sumur yang bersih.
    Masukkan jaring plastik berisi campuran mikroorganisme tersebut ke dalam wadah.
    Aduk merata secara searah.
    Tutup wadah dan biarkan selama satu bulan di tempat yang teduh.
    Indikator kesuksesan tahap ini adalah larutannya berbau harum, jika berbau busuk berarti prosesnya gagal.

B.    Proses Produksi Pupuk Hayati Organik
    Satu bagian larutan dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi 10 bagian air yang telah dicampur dengan satu bagian molase. Aduk merata secara searah.
    Masukkan potongan/rajangan daun-daun sayur-sayuran seperti daun singkong atau daun kangkung sebanyak sepertiga wadah, diaduk searah, kemudian ditutup.
    Biarkan campuran tersebut selama 15 hari di tempat yang teduh.

C.    Cara Pengaplikasian
    Sekitar 100 ml cairan pupuk dimasukkan ke dalam 20 liter air untuk 40-50 tanaman.
    Siram ke tanaman dan ke permukaan tanah tempat tanaman tumbuh.
    Pengaplikasian dilakukan satu kali dalam satu minggu.
    Sebaiknya di awal penggarapan tanaman, diaplikasikan pupuk bokasi atau kompos sebagai pupuk dasar sekitar 500 gram/meter2.

Terdapat dua peran utama pupuk hayati dalam budidaya tanaman, yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil regenerator), penyubur tanah kemudian tanah dan penyedia nutrisi tanaman (Feeding the soil that feed the plant). Mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk bekerja dengan cara:
a)    Penambat zat hara yang berguna bagi tanaman. Beberapa mikroorganisme berfungsi sebagai penambat N, tanpa bantuan mikroorganisme tanaman tidak bisa menyerap nitrogen dari udara. Beberapa berperan sebagai pelarut fosfat dan penambat kalium
b)    Aktivitas mikroorganisme membantu memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi.
c)    Menguraikan sisa-sisa zat organik untuk dijadikan nutrisi tanaman.
d)    Mengeluarkan zat pengatur tumbuh yang diperlukan tanaman sperti beberapa jenis hormon tumbuh.
e)    Menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman. Pertumbuhan mikroorganisme baik akan berkompetisi dengan organisme patogen, sehingga kemungkinan tumbuh dan berkembangnya organisme patogen semakin kecil.
Pupuk hayati dapat diaplikasikan pada tanah, daun, akar, batang, bunga atau benih. Pupuk ini biasanya efektif diaplikasikan pada tanah yang memiliki kandungan organik tinggi. Mikroorganisme yang terdapat didalamnya membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh dan berkembang.

Pada tanah yang miskin kandungan organik, mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk hayati bisa saja mati dan tidak berkembang. Penggunaannya pada tanah yang miskin kandungan organik sebaiknya dikombinasikan dengan penggunaan pupuk kompos, pupuk hijau, pupuk kandang atau pupuk organik lainnya.