Perjuangan Ekonomi Bengkulu: Berhasil Tumbuh 2 Persen

Suasana pasar

Oleh: Mohammad Fathan Romdhoni (ASN BPS Kabupaten Rejang Lebong)

10 November merupakan hari besar nasional dimana pada momen tersebut terjadi perjuangan terbesar para pahlawan yang dipimpin oleh Bung Tomo untuk melawan agresi militer Belanda ke-2 yang akan menduduki Kota Surabaya. Yang epic dari momen tersebut adalah bersatunya seluruh Rakyat Surabaya untuk berjuang musuh bersama dengan menggunakan alat yang seadanya dan semampunya, dan efeknya cukup menggetarkan lawan sehingga menggetarkan lawan dan menggema ke seluruh negeri dan dapat mengusir Penjajah Belanda dari Bumi Indonesia. 

Kondisi heroic juga terjadi dalam perjuangan ekonomi di triwulan III-2021 dimana pada saat itu terjadi gelombang kedua serangan Covid-19 di negeri kita dan akibatnya terbitlah Kebijakan pemerintah yaiyu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara ketat yang memukul sendi perekonomian masyarakat secara umum. Namun seperti halnya para pejuang kemerdekaan, pejuang ekonomi negeri ini dengan gagah berani tetap “melawan”kondisi itu dan dapat mengatasinya dan dalam tulisan ini adalah Masyarakat Bengkulu yang berhasil mengatasi keterbatasan tersebut sehingga ekonominya masih bisa tumbuh sebesar 2,47 persen dibandingkan triwulan III-2020. Untuk lebih menggambarkan bagaimana perjuangan ekonomi tersebut, mari kita simak dalam paragraf selanjutnya.

BPS Provinsi Bengkulu memberitakan pada siaran persnya pada tanggal 5 November 2021 secara daring melalui channel Youtube bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada periode Triwulan III-2021 (Juli – September) berhasil mencatatkan angka 19,88 triliyun Rupiah (Atas Dasar Harga Berlaku/ADHB) dan berhasil tumbuh produksinya baik barang dan jasa sebesar 2,47 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020. Berita yang lebih menggembirakan adalah kinerja Perekonomian Provinsi Bengkulu hingga Triwulan III-2021 (Januari – September) telah mencatatkan angka perekonomian sebesar 58,72 triliyun Rupiah dimana kinerja ini empat triliyun lebih besar dibandingkan sebelum pandemi tahun 2020 yang mencatatkan angka perekonomian sebesar 54,82 triliyun Rupiah.

Para pelaku ekonomi diatas berhasil mencatatkan angka positif disebabkan pantang menyerahnya masyarakat Provinsi Bengkulu dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, serta didukung oleh semakin menggeliatnya ekonomi global sehingga beberapa harga komoditas yang dihasilkan oleh Provinsi Bengkulu meningkat tajam seperti batu bara, cpo dan biji kopi. Namun demikian tidak semua pelaku ekonomi mengalami keberuntungan diatas, adanya hambatan dan halangan yang menyertai antara lain serangan gelombang kedua Covid-19 serta kebijakan PPKM oleh pemerintah guna menghalau serangan covid-19 tersebut menyebabkan beberapa pelaku ekonomi terutama yang berkaitan dengan kerumunan orang agak tersendat. 

Siapa sajakah pejuang ekonomi Provinsi Bengkulu dalam triwulan III-2021 ini?. BPS Provinsi Bengkulu memberitakan bahwa para petani, pekebun, peternak dan nelayan baik rakyat maupun perusahaan berhasil mencatatkan nilai ekonomi mencapai Rp. 5,65 Triliyun (ADHB) atau sebesar 28 persen dari seluruh total nilai ekonomi Provinsi Bengkulu dan nilai produk barang dan jasanya meningkat sebesar 3.12 persen dibandingkan triwulan III-2020. Pelaku ekonomi ini relatif tidak terganggu oleh serangan covid-19 dikarenakan kegiatan ekonominya bersifat “fisik” sehingga dapat mengatasi masalah kebugaran badan pelakunya dan kebijakan PPKM yang secara eksplisit tidak menghambat gerak mereka. Bahkan mereka mendapatkan “durian runtuh” karena beberapa hasil produksinya sangat laku di pasaran dunia sehingga walaupun kurang laku di pasar domestik dapat mengalihkan produknya ke luar negeri.

Selanjutnya pejuang ekonomi yang mencatatkan nilai ekonomi terbesar kedua adalah para pedagang baik yang berlokasi di rumah – rumah, pasar, maupun pedagang international (ekspor-impor) dengan nilai ekonomi mencapai Rp. 2,85 triliyun (ADHB) atau sebesar lima belas persen dari total nilai ekonomi Provinsi Bengkulu dan nilai pendapatan jasanya meningkat sebesar 6,34 persen dibandingkan triwulan III-2020. Pejuang ekonomi ini masih bisa tumbuh baik, dikarenakan masyarakat tetap harus konsumsi kebutuhan dasarnya yang sebagian besarnya didapat dari para pejuang ekonomi ini. Walaupun agak terhambat oleh serangan gelombang kedua Covid-19 dan Kebijakan PPKM, namun dengan penerapan Protokol Covid-19 yang ketat dan mematuhi aturan PPKM usaha ini berhasil melampui rintangan tersebut bahkan para pelaku ini juga mendapatkan “durian runtuh” terutama pedagang internasional yang mendapatkan berkah akibat adanya kenaikan harga beberapa komoditas di luar negeri.
Dalam suatu perjuangan tentunya masih ada juga kisah sedih yang terjadi, dalam konteks ini para sopir kendaraan, baik yang berbentuk perusahaan ataupun perorangan hanya mencatatkan nilai ekonomi sebesar 1,37 triliyun (ADHB) dan nilai pendapatan jasanya kontraksi (turun/ negatif) sebesar 12,61 persen dibandingikan triwulan III-2020. Para pelaku ekonomi ini benar – benar terdampak oleh serangan Covid-19 dan kebijakan PPKM dimana masyarakat menjadi takut untuk melakukan perjalanan sehingga menyebabkan turunnya omset mereka. Pelaku ekonomi yang mengalami nasib serupa adalah para pelaku jasa perusahaan mulai dari penyewaan hingga kantor – kantor jasa yang terhambat kegiatannya diakibatkan kebijakan PPKM sehingga hanya mencatatkan nilai ekonomi sebesar Rp. 409 milliar dan nilai pendapatan jasanya berkurang atau negatif tiga persen dibandingkan triwulan III-2020.

Perjuangan para pelaku ekonomi diatas tergambar juga dari sisi pengeluaran jenis pelakunya yang terdiri dari rumah tangga/ masyarakat, Lembaga Non Profit Melayani Rumah tangga (LNPRT), Pemerintah, dan Perusahaan Swasta. BPS Provinsi Bengkulu memberitakan bahwa perjuangan rumah tangga/ masyakat dalam menggerakkan ekonomi masih yang tertinggi dengan nilai pengeluran sebesar Rp. 11.72 triliyun atau 63 persen dari total pengeluaran yang terjadi di Provinsi Bengkulu namun yang cukup mengkhawatirkan adalah pertumbuhan pengeluaran masyarakat masih relatif rendah hanya sekitar setengah persen. Bagaimana dengan pelaku yang lainnya relatif stabil di angka yang rendah dimana pertumbuhan pengeluarannya dibawah pertumbuhan pengeluaran masyarakat/ rumah tangga hanya kegiatan ekspor yang mengalami pertumbuhan pengeluaran 15 persen dibandingkan triwulan III-2020. 
Kondisi pengeluaran diatas menunjukkan masih rendahnya animo masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya yang mungkin dikarenakan oleh adanya Pandemi Covid-19 dan kebijakan PPKM. Namun yang harus diwaspadai adalah jangan sampai enggannya masyarakat untuk meningkatkan konsumsi adalah kurangnya pendapatan mereka yang artinya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Bengkulu tidak merata/ hanya dinikmati oleh para pemilik modal yang relatif menahan uangnya dikarenakan adanya pandemi Covid-19. 

Gambaran keseluruhan diatas menyemburkan optimisme sekaligus pekerjaan rumah yang cukup besar dan harus disikapi bersama baik oleh masyarakat, pemerintah maupun perushaan swasta. Apa saja yang bisa dilakukan pertama dan yang paling utama adalah marilah kita kembalikan kepercayaan masyarakat terutama yang memiliki uang untuk kembali meningkatkan konsumsinya dengan cara marilah kita terapkan protokol covid-19 5 M (Mencuci Tangan/ Menggunakan Hand Sanitizer, Menggunakan Masker, Menjaga Jarak Aman, Mengurangi Mobilitas serta Menjauhi kerumunan) secara ketat serta melakukan Vaksinasi Covid-19 sehingga penyebaran Covid-19 dapat terkendali dan hambatan utama dalam perjuangan dalam dunia perekonomian dapat teratasi. 

Akhirnya dengan tetap memelihara semangat para pejuang kemerdekaan dan tetap terus berusaha dan bekerja serta perlindungan dan keberkahan dari Tuhan YME, semoga perjuangan pejuang ekonomi di Provinsi Bengkulu dapat kembali seperti sebelum Pandemi Covid-19 dan masyarakatnya dapat hidup dengan makmur dan sejahtera. Semoga.