Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu Triwulan III-2022 Akankah Pulih dan Bangkit dari Pandemi sampai Akhir Tahun

Afif Afandi

Bengkulutoday.com - Pada tanggal 7 November 2022, BPS Provinsi Bengkulu telah merilis angka pertumbuhan ekonomi Bengkulu triwulan III-2022. Secara year on year (y-O-y) atau dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, ekonomi Bengkulu tumbuh sebesar 4,37 %. Pertumbuhan ekonomi diperoleh dari perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan di suatu wilayah pada waktu tertentu. Walaupun pemerintah menyatakan masih dalam masa pandemi covid-19, tetapi secara umum perekonomian mulai berjalan normal seiring pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berada pada level 1 selama lebih dari setengah tahun terakhir. Data dari google mobility juga menunjukkan mobilitas penduduk Bengkulu cenderung meningkat dibandingkan periode tahun 2021 terutama di tempat belanja, retail dan rekreasi, tempat kerja dan taman.

Ditinjau dari PDRB menurut Lapangan Usaha, pada triwulan III-2022 ada beberapa lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan sampai 2 (dua) digit dan ada juga yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif. Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 15,11 %, diikuti Jasa Perusahaan sebesar 12,83 %, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 12,29 % serta Jasa Lainnya sebesar 12,08 %. Peningkatan jumlah penumpang angkutan udara merupakan salah satu faktor yang menyebabkan lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi. Harga tiket yang berangsur normal dan masuknya maskapai baru di Bumi Raflesia menyebabkan banyak masyarakat yang naik moda transportasi udara.

Sedangkan lapangan usaha yang mengalami kontraksi yaitu Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,13 %, Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 1,92 %, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 2,42 % serta Konstruksi sebesar 0,13 %. Penurunan volume ekspor batubara merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Pertambangan dan Penggalian mengalami kontraksi. Untuk lapangan usaha konstruksi, penurunan realisasi pengadaan semen serta telah selesainya pembangunan jalan tol seksi I Kota Bengkulu – Taba Penanjung  merupakan beberapa fenomena yang menyebabkan kontraksi. Disisi lain, pembangunan jalan tol seksi II dan III belum ada informasi kelanjutan pembangunannya.

Jika dilihat dari sumber pertumbuhan, lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2022 dimana mampu memberikan andil sebesar 1,19 %. Kemudian diikuti oleh Industri Pengolahan serta Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan andil sebesar 0,47 % dan 0,41 %.

Walaupun beberapa lapangan usaha mampu tumbuh hingga 2 (dua) digit, tetapi secara total pertumbuhan ekonomi Bengkulu masih dibawah nasional yang tumbuh sebesar 5,72 persen. Hal ini disebabkan karena tiga terbesar penopang perekonomian Bengkulu tumbuh tidak terlalu tinggi. Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang menopang lebih dari seperempat ekonomi Bengkulu tumbuh sebesar 4,36 %. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh sebesar 2,56 %. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib hanya tumbuh sebesar 0,59 %.

Sampai dengan triwulan III-2022 atau secara cumulative to cumulative (c to c), perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 4,11 %. Sebagian besar lapangan usaha menunjukkan pertumbuhan yang positif walaupun masih ada yang mengalami kontraksi. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu Transportasi dan Pergudangan sebesar 14,43 %, diikuti oleh Jasa perusahaan sebesar 12,37 % serta Informasi dan Komunikasi sebesar 8,58 %. Sedangkan lapangan usaha yang mengalami kontraksi yaitu Pertambangan dan Penggalian sebesar 3,46 %, Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 2,38 % serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 0,47 %.

Ditinjau dari sisi PDRB menurut Pengeluaran, secara y-O-y komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 9,69 %, diikuti Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 6,26 % serta Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,71 %. Momen hari raya Idul Adha yang berdampak pada meningkatnya aktivitas keagamaan serta kenaikan penyaluran listrik pada kategori golongan sosial merupakan beberapa hal yang menyebabkan pertumbuhan yang tinggi pada komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT.

Ada 2 (dua) komponen pada PDRB menurut Pengeluaran yang mengalami kontraksi yaitu Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Ekspor. Menurunnya realisasi belanja barang dan jasa APBN dan APBD serta realisasi dana desa merupakan beberapa hal yang menyebabkan pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar -2,71 %. Menurunnya volume ekspor utamanya komoditas batu bara menyebabkan ekspor mengalami pertumbuhan sebesar -0,34 %.

Jika dilihat menurut sumber pertumbuhan, komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi dengan andil sebesar 3,93 %. Selanjutnya diikuti oleh komponen PMTB sebesar 2,04 % serta komponen impor sebesar 1,23 %. Pada PDRB menurut Pengeluaran, komponen impor merupakan faktor pengurang.

Secara c-to-c atau hingga triwulan III-2022 hampir semua komponen penyusun PDRB menurut Pengeluaran mengalami pertumbuhan yang positif kecuali komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang mengalami kontraksi sebesar 1,71 %.  Akhir tahun sudah di depan mata, dengan sisa waktu kurang dari 2 bulan akankah perekonomian Bengkulu tahun 2022 bisa pulih dan bangkit dari pandemi.

Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka mau tidak mau negara kita terkena dampak dari aktivitas masyarakat luar negeri atau situasi global. Perang Rusia dan Ukraina yang belum berakhir berimbas pada ketegangan beberapa negara lainnya dan menyebabkan volatility harga komoditas dunia.  Sejak tahun 2021, inflasi meningkat dengan cepat dan berkelanjutan melebihi perkiraan. Pada tahun 2022, inflasi telah mencapai level tertinggi sejak beberapa dekade, terutama di negara maju. Beberapa negara bahkan sudah berada di ambang resesi dan menjadi ‘pasien’ IMF.

Pada situasi nasional, beberapa indikator perekonomian menunjukkan perkembangan yang baik sehingga pertumbuhan ekonomi nasional mampu tumbuh diatas 5 %. Indeks harga saham gabungan pada akhir triwulan III-2022 menguat dibandingkan akhir periode triwulan II-2022 maupun triwulan III-2021. Indeks riil penjualan eceran juga tumbuh positif secara y-on-y. Dari sisi perdagangan internasional, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus dari triwulan I hingga triwulan III-2022.

Untuk mengejar pertumbuhan ekonomi Bengkulu diatas 5 % hingga akhir tahun 2022 tentu bukan perkara mudah, diperlukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang menjadi tulang punggung perekonomian Bengkulu terus menunujukkan perkembangan yang positif. Naiknya produksi peternakan dan hortikultura harus dipertahankan dan ditingkatkan. Pemasaran produk pertanian juga harus menjadi pemikiran bersama sehingga dapat menjangkau wilayah yang lebih luas atau bahkan ekspor ke luar negeri. Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang menjadi kontributor kedua dalam struktur PDRB mengalami perlambatan hingga triwulan III-2022. Pengendalian inflasi merupakan salah satu faktor penting agar daya beli masyarakat tetap terjaga.

Hingga triwulan III-2022, ada 2 (dua) lapangan usaha dengan andil besar dalam perekonomian yang perlu mendapat perhatian bersama karena masih mengalami pertumbuhan negatif yaitu Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta Pertambangan dan Penggalian. Penyerapan anggaran pemerintah diharapkan bisa lebih optimal hingga akhir masa anggaran, baik APBN maupun APBD agar tidak terjadi kontraksi yang lebih dalam. Berbagai proyek yang dilaksanakan maupun pengadaan barang dan jasa lainnya diharapkan juga bisa selesai tepat waktu. Untuk pertambangan dan penggalian, diperlukan komunikasi antara pengusaha dan pemerintah, baik pusat maupun daerah terkait regulasi dan juga situasi global yang mempengaruhi produksi dan pemasaran hasil tambang.

Dari sisi PDRB menurut Pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga memberi kontribusi lebih dari setengah perekonomian Bengkulu. Kondisi ini tentu memerlukan perhatian lebih agar tidak tumbuh melambat atau bahkan kontraksi. Hingga triwulan III-2022, hanya subkomponen pengeluaran Perabot, Peralatan Rumah Tangga dan Pemeliharaan Rutin yang mengalami kontraksi, sedangkan 11 (sebelas) subkomponen lainnya mengalami pertumbuhan. Pengendalian inflasi yang baik menjadi salah satu faktor untuk menjaga daya beli masyarakat. Selain itu, bantuan sosial dan subsidi energi juga dapat membantu daya beli kelompok masyarakat bawah.

Komponen PMTB disusun oleh 2 (dua) subkomponen yaitu Bangunan dan Non Bangunan. Selain meningkatkan pertumbuhan dari konstruksi fisik, PMTB juga dapat ditingkatkan dengan penambahan aset tetap atau barang modal seperti mesin dan perlengkapannya, kendaraan untuk usaha/niaga, cultivated biological resource(CBR)/tanaman atau hewan yang menghasilkan berulang serta produk kekayaan intelektual. 

Neraca perdagangan luar negeri Provinsi Bengkulu dari Januari sampai Agustus 2022 mengalami surplus, dimana sebagian besar merupakan andil dari ekspor batubara. Diperlukan langkah-langkah lebih lanjut agar ke depan andil ekspor komoditas non tambang dan non migas semakin besar. Surplus neraca perdagangan juga dipengaruhi oleh tidak adanya kegiatan impor selama Januari hingga Agustus 2022. Walaupun komponen impor dalam PDRB menurut Pengeluaran merupakan faktor pengurang, tetapi impor juga diperlukan untuk meningkatkan konsumsi dan PMTB melalui impor barang jadi dan barang modal. Selain ekspor impor luar negeri, dalam PDRB menurut Pengeluaran juga mencakup ekspor dan impor antar daerah/provinsi. Provinsi Bengkulu selama ini lebih banyak melakukan impor antar daerah utamanya hasil industri pengolahan mengingat di Bengkulu tidak ada kompleks industri. Sedangkan, untuk ekspor antar daerah utamanya adalah hasil pertanian.

Untuk lapangan usaha maupun komponen PDRB yang lain walaupun dengan kontribusi yang kecil tetap harus dijaga pertumbuhannya, karena beberapa lapangan usaha dan komponen saling berhubungan serta memberi multiplier effect. Sebagai contoh apabila di Bengkulu mengadakan event besar skala internasional, maka akan memberi pengaruh terhadap lapangan usaha transportasi, akomodasi dan makan minum, jasa perusahaan dan jasa lainnya. Sedangkan di sisi pengeluaran akan memberi pengaruh pada komponen konsumsi rumah tangga dan ekspor impor jasa.

So, apakah pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu tahun 2022 mampu menembus 5 % atau tertahan di bawah 5 %. Kita nantikan rilis pertumbuhan ekonomi tahun 2022 oleh BPS Provinsi Bengkulu pada awal Febuari 2023.