Pilkada Kota Bengkulu di Depan Mata, Bagaimana Seharusnya Sebagai Pemilih?

Pilkada Kota Bengkulu di Depan Mata, Bagaimana Seharusnya Sebagai Pemilih?

Bengkulutoday.com - Dalam pandangan klasik mengenai konsep politik, dikatakan bahwa politik adalah bagian dari usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Sama halnya dengan 27 November mendatang, dimana hal ini akan menjadi momentum krusial bagi masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Kota Bengkulu dalam upaya menghasilkan kebaikan bersama. Pasalnya, Pilkada serentak akan dilaksanakan untuk memilih kandidat terbaik yang pantas dalam memimpin daerah. Tentu momen ini menjadi start awal untuk menentukan bagaimana nasib masyarakat lima tahun mendatang.
 
Di tingkat Provinsi, Pilgub Bengkulu kali ini menghadirkan dua pasangan calon yakni Helmi Hasan-Mian yang di usung oleh PAN, Gerindra, PDI-P, PKB, Nasdem dan Demokrat, serta pasangan Rohidin-Meriani yang didukung oleh Golkar, Hanura, PKS, Perindo, PBB, PSI dan PPP. 

Pertarungan kedua pasangan ini tentu menarik untuk sama-sama diamati, sebab keduanya membawa visi-misi yang berbeda, yang diharapkan nantinya mampu membawa perubahan dan menjadi solusi bersama atas berbagai tantangan dan masalah yang ada di Bengkulu. 

Menariknya lagi, Pilwakot tahun ini tampak lebih semarak dari biasanya, sebab berhasil menghadirkan lima kandidat, terdiri dari pasangan calon Ariyono Gumay-Harialyyanto (Independen), Dedy Wahyudi-Ronny Tobing (PAN dan PDIP), Dedy Ermansyah-Nuragiyanti (Nasdem, Demokrat, Gerindra), Dani Hamdani-Sukatno (PKS dan PKB), dan Benny Suharto-Farizal (Golkar, Hanura, PPP, PSI, Gelora, Buruh, Umat, Perindo).

Banyaknya calon di tingkat kota kali ini telah memberikan nuansa politik yang berbeda. Sebagai seorang pemilih, hal ini menjadi kesempatan baik untuk mengekspansi pandangan terhadap setiap calon. Hadirnya pasangan calon lebih dari dua memberikan peluang bagi pilihan yang lebih beragam. Di lain sisi, hal itu juga menunjukkan adanya keterlibatan politik yang lebih aktif di masyarakat, dimana terdapat banyak kesempatan untuk hadirnya diskusi dan dialog politik yang lebih hidup sehingga partisipasi politik diharapkan akan meningkat. 

Meskipun masyarakat kemungkinan akan bingung dalam menentukan pilihan, namun hal ini mesti menjadi dorongan bagi pemilih untuk lebih cermat dan kritis dalam menilai setiap kandidat. Dengan banyaknya calon yang menawarkan visi-misi, nilai, ataupun program yang berbeda, pemilih perlu melakukan penilaian yang mendalam.
 
Penilaian tersebut idealnya tidak hanya ditentukan oleh popularitas ataupun citra luar saja, namun perlu mempertimbangkan bagaimana treck record, komitmen serta relevansi program yang ditawarkan terhadap permasalahan kota Bengkulu khususnya. Di sisi lain, kredibilitas dan kapasitas kepemimpinan juga menjadi tolak ukur penting bagi pemilih dalam menilai setiap kandidat. Kemampuan seorang pemimpin dalam berpikir dan bertindak mencerminkan bagaimana ia mampu atau tidak dalam menyelesaikan berbagai masalah yang kompleks dalam masyarakat nantinya. Selain itu, nilai dan prinsip integritas setiap kandidat juga perlu dipertanyakan. Kita sebagai pemilih harus mampu mempertimbangkan apakah kandidat memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan kepentingan masyarakat dan mampu memegang prinsip integritas yang telah menjadi “barang mahal” saat ini. 

Keikutsertaan (partisipasi) masyarakat dalam menentukan pemimpin ke depan merupakan upaya yang penting dalam proses demokrasi yang ada di Indonesia. Peter. L Berger dalam tulisannya menyebutkan asumsi dasar dari demokrasi atau partisipasi, yaitu “orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya ialah dirinya sendiri.” Oleh karenanya, dalam konteks ini penting bagi masyarakat untuk aware terhadap apa yang menjadi keputusannya dalam memilih kandidat. Proses ini mengajak pemilih untuk menggunakan pertimbangan rasional dan berorientasi pada kepentingan jangka panjang, sebab keputusan politik yang akan dibuat pemerintah nantinya akan menjadi penentu yang mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam waktu yang terbilang tidak sebentar. 

Penulis : Wahyu Wulandari 
“Lulusan S2 Ilmu Politik, Universitas Islam Internasional Indonesia”