Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022

Yapana Rayata

PENULIS : Yapana Rayata, Kepala Seksi Pembinaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (PSAPP)

BENGKULU - Ada sedikit yang berbeda pada tahun ini terjadi di negara kita, kebalikan dari jumlah kasus pandemi Covid-19 yang mulai melandai turun, yaitu bermunculannya logo G20 secara masif di seluruh penjuru nusantara. Dengan tema yang diangkat “Recover Together, Recover Stronger", Tahun 2022 Indonesia terpilih menjadi Presidensi G20 atau Group of Twenty yang membuat Indonesia secara otomatis menjadi tuan rumah untuk serangkaian acara pertemuan ekonomi dan keuangan yang akan dihadiri mulai dari para perwakilan Gubernur Bank Sentral, para menteri hingga pemimpin tertinggi masing-masing negara anggota G20.

Awal mula pembentukan G20 di Tahun 1999, tidak terlepas dari kekecewaan komunitas internasional terhadap kegagalan G7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis) dalam mencari solusi terhadap permasalahan perekonomian global, yaitu krisis keuangan 1997-1999 yang dihadapi pada saat itu. Pandangan yang mengemuka saat itu adalah pentingnya bagi negara-negara berpendapatan menengah atau negara berkembang serta yang memiliki pengaruh ekonomi secara sistemik untuk diikutsertakan dalam perundingan demi mencari solusi permasalahan ekonomi global.

G20 adalah kelompok kerja sama multilateral informal yang terdiri dari 19 negara utama, yaitu Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa (EU) serta Indonesia sebagai Presidensi G20. KTT G20  pada Tahun 2022 ini yang merupakan acara puncak dari seluruh rangkaian pertemuan, telah terselenggara pada tanggal 15-16 November di Nusa Dua, Bali.  Dan sebagai Presidensi G20 Tahun 2022, Indonesia mengundang seluruh anggota G20 tanpa terkecuali Rusia, yang saat ini negaranya masih berkonflik dengan Ukraina. 

G20 merupakan salah satu forum ekonomi utama dunia karena memiliki posisi strategis yang berkerja sama di sektor ekonomi dan keuangan serta secara kolektif merepresentasikan hampir 2/3 populasi penduduk dunia, 75% perdagangan global, 80% PDB perekonomian dunia serta terdiri dari 11 negara maju dan 9 negara berkembang. G20 tidak memiliki Sekretariat permanen, namun dalam sistem kerjanya memiliki Presidensi yang ditetapkan secara konsensus pada KTT berdasarkan sistem rotasi kawasan dan berganti setiap tahunnya. Secara intensif Presidensi tahun berjalan beserta presidensi sebelum dan selanjutnya (Troika) melakukan koordinasi kesinambungan agenda prioritas G20.

Tantangan global yang terus berkembang membuat pembahasan prioritas G20 tidak hanya pada isu keuangan dan ekonomi, melainkan juga isu non-keuangan. Untuk membahas isu tersebut, pertemuan G20 dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur keuangan (finance track) yang secara khusus membahas sejumlah agenda terkait  sektor keuangan serta dihadiri oleh para Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Sentral G20 dan jalur non-keuangan (Sherpa track) yang membahas isu-isu lain di luar sektor keuangan serta mempersiapkan berbagai konsep outcome documents yang akan dibahas pada KTT. 

Para Sherpa umumnya ditunjuk secara langsung oleh Kepala Pemerintahan atau Kepala sebagai representasi pada pertemuan G20 selain KTT.
Tantangan global di Tahun 2022 yang terjadi dan berpengaruh terhadap perekonomian adalah masih adanya dampak dari Pandemi Covid-19 dan respon global terhadap adanya konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina yang menyebabkan bertambahnya krisis terutama krisis pangan, energi dan keuangan. Dampak krisis tersebut tentunya juga berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri, dengan kenaikan harga pangan dan energi tersebut, menyebabkan negara harus menambah subsidi terutama subsidi energi. Subsidi lainnya yang perlu menjadi perhatian khusus oleh pemerintah adalah dalam sektor pangan, ketepatan pemberian subsidi pangan untuk memperkuat ketahanan pangan dalam negeri melalui peningkatan produksi, diversifikasi pangan dan modernisasi sistem pertanian.

Namun dibalik tantangan tersebut tentulah ada manfaat yang bisa diambil Indonesia sebagai tuan rumah dengan adanya penyelenggaraan G20 ini, hal yang pasti dirasakan langsung adalah di sektor pariwisata dan jasa sebagai salah satu pendorong gerak roda perekonomian dengan adanya kedatangan kunjungan para delegasi negara asing ke Indonesia. Efek domino lainnya dari kenaikan jumlah wisata yang datang adalah meningkatnya keterlibatan UMKM yang dapat menyerap tenaga kerja serta mengundang investor asing yang potensial. Dengan selesainya perhelatan Presidensi G20 Indonesia di Tahun 2022 ini, yang menghasilkan “Bali Leader’s Declaration”, para Pemimpin negara anggota G20 berkomitmen bersama untuk memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan global. 

Aksi nyata Leader’s Declaration para pemimpin dunia yang bertemu di KTT G20 Bali untuk mendukung Presidensi Indonesia agar dunia bisa pulih bersama dan mendorong perdamaian antara lain dalam bidang geopolitik menyerukan agar konflik Rusia dan Ukraina berakhir sesuai dengan prinsip Piagam PBB untuk menghargai kedaulatan dan integritas territorial. Dalam bidang ekonomi global, fokus pemulihan yang bekelanjutan dan inklusif pada penguatan arsitektur kesehatan global, mempercepat transisi energi berkelanjutan, transformasi digital dan ketahanan pangan. 
Capaian konkrit lainnya yang dihasilkan para pemimpin dunia dalam KTT G20 di Bali adalah membantu ketersedian pembiyaan bagi negara-negara yang rentan dan miskin, mengatasi krisis hutang negara miskin dan berkembang dengan program restrukrisasi utang, mendorong peningkatan kapasitas pendanaan bank pembangunan multilateral, mengembangkan pembangunan infrastruktur, mendorong kerjasama perpajakan internasional dan memperkuat ketahanan pangan serta jaring pengaman sistem keuangan global.

Dengan berpindahnya Presidensi G20 dari Indonesia ke India, New Delhi 2023, tuntas juga tugas Presidensi G20 Indonesia 2022. Lancarnya kegiatan G20 secara keseluruhan, menjadi tolak ukur kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah dan menjadi Presidsensi G20. Tentunya keberhasilan tersebut tak lepas dari usaha dan kerja sama seluruh elemen bangsa, dengan harapan dapat kembali bangkit dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya di segala bidang, terutama bidang ekonomi dan kesehatan secara global, khususnya bagi Indonesia.