Seluma – Proyek pembangunan jembatan Air Nelas di Desa Cahaya Negeri, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, terindikasi kuat merugikan keuangan negara. Dibangun sejak 2018 dengan anggaran sekitar Rp6 miliar, proyek tersebut hingga kini mangkrak dan tak bisa dimanfaatkan masyarakat.
Bangunan yang semestinya menghubungkan Desa Cahaya Negeri dengan desa tetangga itu, hingga hari ini hanya meninggalkan dua pondasi di tepi Sungai Air Nelas. Pembangunan terhenti sejak pandemi COVID-19 dan tidak pernah dilanjutkan kembali.
“Kegiatan fisik waktu itu hanya sampai pondasi. Setelah itu tidak ada kelanjutan. Kami dengar dari masyarakat dan staf desa, nilainya sekitar Rp6 miliar, tapi apakah dana itu sudah habis atau belum, kami tidak tahu,” ujar Kepala Desa Cahaya Negeri, Suprianto, Senin, 5 Mei 2025.
Suprianto menegaskan, pihak desa tidak dilibatkan dalam pelaksanaan proyek tersebut. Informasi yang ia peroleh hanya bersumber dari cerita warga dan dokumentasi staf sebelumnya. Setelah pandemi berlalu, desa sudah mencoba membangun komunikasi dengan Dinas PUPR Kabupaten Seluma, namun tidak membuahkan hasil.
“Dulu kami pernah menyurati Dinas PU Seluma, tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjut. Mereka bahkan menyatakan tidak sanggup melanjutkan proyek ini. Pernyataan tertulisnya masih kami simpan,” ungkapnya.
Suprianto menambahkan, mantan Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, sempat berjanji akan melanjutkan proyek ini jika terpilih kembali dalam Pilkada 2024. Namun, dalam Pilkada tersebut, Rohidin tidak terpilih kembali.
“Kami sangat menyayangkan. Karena dulu ada janji, kalau beliau (Rohidin) menang, jembatan akan dilanjutkan. Tapi sekarang gubernurnya sudah berganti,” ujarnya.
Jika pemerintah daerah tetap tidak memiliki anggaran untuk melanjutkan pembangunan, pihak desa dan masyarakat berencana mengusulkan pelimpahan proyek ke Balai Wilayah Sungai Sumatera VII. Mereka merujuk pengalaman dari daerah lain di Provinsi Bengkulu yang berhasil menyelesaikan proyek mangkrak melalui skema serupa.
“Kalau memang kabupaten atau provinsi tidak bisa, kami akan coba usulkan agar proyek ini diambil alih oleh Balai Sungai. Yang penting jembatan ini bisa selesai dan bisa dipakai masyarakat,” kata Suprianto.
Menurutnya, jembatan Air Nelas sangat penting untuk menunjang aktivitas warga dari Desa Cahaya Negeri, Desa Niur, dan Desa Jenggalu. Saat ini, warga terpaksa memutar jauh untuk mengangkut hasil panen seperti sawit, dengan biaya lebih besar dan waktu tempuh yang lebih lama.
“Kalau jembatan ini selesai, harga sawit bisa terdongkrak karena ongkos angkut lebih ringan. Akses juga jadi lebih mudah. Dampaknya besar untuk ekonomi desa,” tegasnya. (Franky)