Wonderful ART Bengkulu 2019 Sukses Digelar, Ini Komentar Para Pelaku Seni Padang dan Malaysia

Ramah-taman di Kedai Kopi SLE Bengkulu

Bengkulutoday.com -  Pagelaran Wonderful ART Festival 2019 usai di Kedai Kopi SLE Bengkulu, Minggu (20/10/19). Pada rangkaian acara yang digelar selama tiga hari tersebut menyajikan pertunjukan seni teater dan pentas puisi dari 5 provinsi juga 2 negara tetangga.

Pada akhir acara, para sastrawan yang secara sukarela hadir dalam Wonderful ART Bengkulu, menyinggahi tiga lokasi wisata yakni di Danau Dendam Tak Sudah dengan roundown acara Neron bersama, Benteng Malborough dengan jalan-jalan berwisata serta di Kedai Kopi SLE Bengkulu dengan ramah-tamah sekaligus mengakhiri pertemuan Wonderful ART Bengkulu 2019.

Pada kesempatan ini, tiga sastrawan dan pelaku seni asal Padang juga Malaysia memberi komentar terhadap pelaksanaan festival tersebut.   

Dikatakan Ilyas, mewakili pelaku seni di Padang mengapresiasi atas pelaksanaan festival tersebut. Selain berani menampilkan kesan berbeda pada festival sebelumnya, ia memberi poin lebih pada pelibatan sastrawan muda dan pelaku seni yang selama ini belum pernah muncul ke permukaan atau menampilkan dirinya terlibat pada festival sastra.

“Juga atas keberanian para panitia yang telah mengadakan event di atas kekurangan. Baik fasilitas, biaya akomodir, juga dorongan dari berbagai pihak,” kata Sutradara Teater Jalan Tua ini.

Baca Juga : Wonderful ART 2019 Dibuka, Padukan Seni dan Ilmu Pengetahuan

“Sebenarnya, peran pemerintah provinsi sendiri juga sudah sangat bagus. Dukungan dan sambutannya dalam mengadakan even ini sudah cukup baik. Juga salut, atas beberapa respon kami terhadap pembangunan dan revitalisasi Taman Budaya, menjadikan sastra di Bengkulu akan lebih hidup lagi,” katanya sembari tersenyum lebar.

Selanjutnya, terkait pelaksanaan dan balutan acara festival ini, Saparudin yang sama mewakili teater Jalan Tua dari Padang mengungkapkan terkesan atas undangannya di festival ART Bengkulu. Ia berharap, ke depannya akan ada undangan serupa atas dedikasi kesusastraan dan pentas budaya, sehingga, betapapun tidak sastra akan terus hidup dan tidak tergerus oleh zaman.

“Meski sebenarnya ini adalah akomodasi dari kami sendiri, itu tak masalah. Kami tidak pernah keberatan sahabat-sahabat sastrawan di Bengkulu mengundang kami. Justru itu menjadi kebanggan tersendiri bagi kami dan teman-teman lainnya sehingga itu memunculkan keakraban, persaudaraan antar seni dan pelaku sastrawan,” tutur Saparudin.

Ia juga membenarkan terkait kelangsungan sastra di Indonesia khususnya di Bengkulu, atas persaingan dan masuknya sastra ke era digitalisasi atau lebih dikenal dengan era 4.0, maka sastra akan lebih mudah diterima, dinikmati juga didistribusikan kepada generasi penerus.

Komentar dari sastrawan Malaysia sendiri, ia tidak kapok meski tidak ada sambutan dan fasilitas yang memadai atas pelaksanaan festival ART Bengkulu ini. Menurutnya, kekeluargaan yang sudah lama terjalin adalah lebih utama dibandingkan dengan euphorianya sebuah acara.

“Ini sudah lebih dari cukup. Sambutan pemerintah Bengkulu, sahabat sastrawan, juga beberapa tempat di Bengkulu yang membuat saya berpikir untuk kembali lagi kemari. Saya rasa ini lebih dari berhasil,” ujar Rusman.

Pada akhir kalimat, ketiganya menyatakan bahwa sastra tidak akan pernah membawa orang hadir dengan sekat-sekat, deskriminasi, atau perbedaan. Begitupun yang disampaikan oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, bahwa perpaduan nilai sosial dan sastra akan sesuatu yang pasti sangat nyaman, humanis dan diterima semua orang. (mas)