Tren War Ta'jil: Tingkatkan Toleransi Beragama

ilustrasi

Oleh: Ibrahim Guntur Nuary

Bengkulutoday.com - Bulan suci ramadan menjadi bulan dengan penuh kebaikan dan kebersamaan yang pekat. Tidak hanya berkaitan dengan sesama muslim tapi dengan sesama umat agama lain yang merasakan hawa atau bahasa kekiniannya vibes dari bulan ini. Bulan yang tidak hanya membahas mengenai pahala yang dilipat gandakan ketika melakukan ibadah apapun tapi juga membahas mengenai kemanusiaan di dalamnya. Pada dasarnya, bulan ramadan dapat menaungi semua macam agama yang ingin mengetahui atau bahkan mencoba untuk ikut berpuasa. Hal ini dapat menciptakan tubuh yang sehat dan melatih untuk berpuasa. Tapi kegiatan puasa untuk orang non muslim kembali kepada diri masing-masing. Dapat dikatakan banyak yang melakukan kegiatan puasa ini.

Kembali membahas mengenai hal kekinian yang terjadi di bulan puasa tahun ini. Hal ini memang tidak terlepas dari media sosial yang semakin mudah di jangkau bahkan menciptakan fenomena baru yang membuat orang banyak latah melakukannya. Memang manusia Indonesia terkenal akan sindrom latah dari jaman bahela bahkan ketika kita kecil ada seorang teman yang membeli mainan baru, maka teman yang lain akan mengikuti, hingga menciptakan tren. Banyak sekali tren yang diciptakan oleh beberapa kelompok yang akhirnya menjadi viral, entah cara berbicara, berbusana, hingga aktivitas yang unik. Aktivitas yang unik inilah menjadi ciri khas, apalagi terjadi di bulan puasa.

Pada dasarnya semua aktivitas di bulan ramadan adalah pahala jika kegiatan tersebut dapat membawa manfaat yang baik. Apalagi dengan tren yang baru-baru ini mulai menghiasi layar media sosial, salah satunya adalah platform Tiktok. Penyebarannya begitu masif dan sudah pasti fyp alias melewati halaman pengguna Tiktok. Tren yang terjadi adalah war ta’jil, yang belum pernah ada sebelumnya. Yang menjadi keunikan adalah beberapa orang yang datang dari kalangan non Islam juga antusias dan bahkan menjadi pembeli dengan datang lebih awal untuk membeli ta’jil agar tidak kehabisan. Nah, penulis mencoba membahasanya secara mendalam dari sisi toleransi beragama.

Merapatkan Toleransi Beragama

Dalam beragama sudah pasti yang dibahas adalah tentang kebenaran di akhirat dan juga saling membenarkan mengenai Tuhan. Ini sudah masuk ranah yang agak sulit di jangkau bagi orang awam, terkadang timbul pepecahan jika tidak bisa melerainya dengan toleransi. Toleransi menjadi modal utama untuk beragama di negeri ini, ibarat sebuah baju, setiap orang mempunyai gayanya masing-masing, yang terpenting tidak menghujat dan harus saling menghargai, apalagi jika kaitannya dengan toleransi beragama. Walaupun Islam adalah agama mayoritas, tapi tidak boleh semena-mena dengan agama lain. Penulis beranggapan bahwa jika ada seseorang ingin berteman lalu dengan sengaja bertanya tentang agama yang dianutnya, maka itu jauh dari kata toleransi. Pada dasarnya manusia bersatu atas dasar kemanusiaan.

Kembali lagi membahas mengenai toleransi di bulan puasa, war ta’jil menjadi tren baru yang dilakukan oleh beberapa orang dari kalangan non islam untuk meramaikan berburu ta’jil. Hingga dari sebagian mereka berbondong-bondong datang lebih awal agar tidak kehabisan. Begitulah war ta’jil dilakukan, telat sedikit maka makanan yang sudah diincar akan ludes habis. Yang menjadi keunikan adalah ada non Islam datang membeli ta’jil dengan menggunakan pakaian khas seperti orang muslim. Menggunakan baju koko, sarung, kerudung dan juga mukenah agar telihat seperti orang muslim. Mungkin mereka dapat dikatakan malu jika tidak berpenampilan seperti orang muslim, mereka mencoba berkamuflase agar tidak terlihat.

Dari penggunaan baju koko,sarung, kerudung dan mukenah menjadi tanda bahwa toleransi beragama itu ada, bukan berarti mereka menggunakan pakaian khas muslim otomatis murtad dari agamanya dan login ke Islam, tidak seperti itu. Mereka hanya ingin membaur dengan yang lain, merasakan kenikmatan suasana membeli ta’jil dan menikmati makanannya. Ini menjadi tren yang baru dan memang harus dijaga demi keutuhan toleransi beragama. Pada intinya adalah melariskan dagangan seseorang di bulan puasa. Ketika toleransi beragama bisa dijaga dan diciptakan dengan baik, maka kerukunan antar beragama harusnya semakin baik kedepannya.

Siapapun Boleh Beli Ta’jil

Tidak pernah ada tulisan “Non Islam dilarang membeli ta’jil”, sangat keterlaluan jika ada. Karena ta’jil sendiri adalah makanan atau cemilan yang dimakan di waktu berbuka puasa. Dan jarang sekali di waktu selain bulan ramadan, orang-orang menjual cemilan yang begitu banyak anekanya. Sudah pasti di bulan puasa, orang yang tidak pernah berjualan ta’jil, mencoba peruntungannya dengan berjualan ta’jil mulai dari jam tiga sore hingga menjelang maghrib. Jangan harap menjelang maghrib ta’jil yang kita sering beli masih ada stocknya, pasti sudah raib diborong oleh orang banyak, apalagi non Islam sudah mulai ikut-ikutan, disisi inilah di namakan perangnya, perang berburu ta’jil.

Siapapun orangnya boleh membeli ta’jil, mungkin namanya saja yang mengandung unsur arab, yang menjadikan ta’jil hanya boleh dibeli oleh orang Islam, nyatanya tidak demikian, penjual ta’jil tidak membeda-bedakan hal yang seperti itu, poin utamanya adalah makanan yang di jual habis dalam kurun waktu beberapa jam saja. Sebenarnya, non muslim tidak perlu berpakaian seperti orang muslim, mungkin karena ada faktor ingin menghargai bulan puasa dan mendapat jatah membeli ta’jil, akhirnya mereka menggunakan pakaian seperti muslim.

Pada hakikatnya pakaian hanyalah tanda, tidak mengapa menggunakan pakaian apapun asal hati tetap berpegang teguh kepada keyakinan yang sudah diyakini. Karena dengan pakaian tidak mengubah apapun, apalagi dalam membeli ta’jil. Yang terpenting adalah antri dan tidak berdesakkan untuk dilayani terlebih dahulu. Penyakit tidak mau antri masih sering sekali ditemukan, bahkan dapat memicu keributan karena tidak mau mengantri. Hal ini harus dibuang jauh-jauh.

War Ta’jil Forever

Tren berburu ta’jil atau berperang berburu ta’jil harus dilestarikan ketika masuk bulan puasa. Hal ini selain melariskan dagangan seseorang, juga dapat mempererat tali toleransi antar umat beragama, terlebih jika mempunyai teman non muslim. Maka akan seru jika membeli ta’jil bersama-sama. Sebagai penutup, mari khiasi bulan yang suci ini dengan kebaikan dan memperbanyak ibadah, karena bulan ini penuh dengan rahmat yang lebih baik dari bulan apapun.

Penulis adalah Kolumnis Media Nasional dan Pegiat Komunitas NUN (Niat Untuk Nulis